Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Ponsel Kiwari, Benarkah Lebih Ringkih atau Sekedar Pergeseran Nilai?

Diperbarui: 11 Agustus 2025   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Video review di YouTube yang menunjukkan Nokia 3310 anti bengkok(YouTube/adrianisen via Kompas.com)

Ponsel telah mengalami perubahan masif. Dulu perangkat seperti Nokia 3310 begitu melegenda. 

Ponsel ini dikenal sangat tangguh. Ia juga tahan banting. Baterainya luar biasa awet. Fakta ini sering jadi meme. Meme ini beredar luas di internet (The Guardian, 2017). 

Melompat ke tahun 2025, situasinya sangat berbeda. Ponsel modern dilengkapi komputer canggih. Banyak orang merasa perangkatnya lebih cepat rusak. Pertanyaannya, apakah ponselnya benar ringkih? Atau ada faktor lain yang memengaruhi?

Alasan utama adalah perubahan desain dan material. Ponsel lama pakai casing plastik tebal. Bahan itu lebih tahan banting. Ponsel kiwari pakai kaca dan aluminium. Ini beri tampilan premium. Risiko retak atau pecah lebih tinggi (Corning). 

Desainnya pun semakin tipis. Bingkai layarnya dibuat minimalis. Ini mengorbankan ketahanan fisik. Banyak ponsel desainnya unibody. Baterainya tidak bisa dilepas. Perbaikan jadi lebih sulit dan mahal (HMD Global). 

Perubahan ini cerminkan pergeseran prioritas. Produsen dan konsumen sama-sama berubah. Produsen kini utamakan estetika dan teknologi. Ketahanan fisik jadi nomor dua.

Faktor lain adalah teknologi makin kompleks. Teknologi makin sensitif. Layar AMOLED tawarkan gambar tajam. Tapi rentan alami burn-in (Gophermods). 

Ini kerusakan permanen pada layar. Fitur fast charging juga jadi masalah. Proses ini hasilkan panas berlebih. Panas ini percepat degradasi baterai. Ada teknologi yang kelola panas. Tetapi risiko itu tetap ada (Ugreen, 2025). 

Baterai litium-ion punya umur terbatas. Baterai ini degradasi lebih cepat. Sistem pendinginan yang kurang optimal terjadi. Ponsel jadi mudah overheating. Overheating merusak komponen internal.

Perangkat lunak juga berperan besar. Ponsel lama terasa makin lemot. Itu karena pembaruan OS yang berat. OS baru tidak optimal. 

Akibatnya terjadi penurunan performa. Produsen terapkan planned obsolescence. Ini pembatasan dukungan perangkat lunak. Tujuannya dorong pengguna beli baru (Population Matters, 2024). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline