Motorola kembali ke pasar ponsel. Ini setelah absen selama delapan tahun. Mereka masuk ke pasar Indonesia. Waktunya pada awal tahun 2025 (Tekno Kompas, 2025).
Kehadiran mereka bukan tanpa alasan. Karena persaingan pasar sangat sengit. Banyak pihak menganggap ini strategi. Strategi ini terencana dari Lenovo.
Lenovo adalah induk perusahaannya. Namun ini bukan hanya nostalgia. Ini adalah sebuah pertaruhan besar. Tujuannya untuk merebut pangsa pasar.
Nama Motorola punya kenangan kuat. Kenangan itu bagi banyak orang. Merek ini sangat identik inovasi. Contohnya adalah ponsel lipat Razr.
Ponsel itu menjadi sangat legendaris. Namun, pasar kini jauh berbeda. Generasi muda sekarang mendominasi pasar.
Mereka tidak banyak tahu Motorola. Terutama tentang masa kejayaan mereknya. Yaitu pada era feature phone. Mereka lebih kenal merek lain. Merek-merek tersebut kini sedang berkuasa.
Motorola bukanlah perusahaan mandiri lagi. Sejak tahun 2014 mereka menjadi. Mereka menjadi bagian dari Lenovo. Lenovo adalah raksasa teknologi Tiongkok (Jagatreview, 2014).
Lenovo telah mengakuisisi Motorola dari Google. Nilai akuisisinya sebesar $2,91 miliar (Teknologi Bisnis, 2014).
Tujuan akuisisi ini sangat jelas. Lenovo ingin menembus pasar ponsel. Pasar ponsel di tingkat global. Lenovo kuat di sektor komputer. Namun mereka kesulitan bangun merek ponsel. Terutama di beberapa pasar kunci.
Tidak ada bukti penarikan resmi. Penarikan resmi dari pasar Indonesia. Faktanya Lenovo memang tidak berhasil. Mereka gagal mengukuhkan posisi mereknya (Selular.id, 2019).
Oleh karena itu akan sulit. Sulit untuk kembali dengan merek gagal. Lenovo pun mengambil jalan lain. Mereka menggunakan kembali merek Motorola.