Lihat ke Halaman Asli

Medis atau Alternatif?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu hari di bulan Januari 2010, bangun pagi kerongkonganku terasa kering gatal dan ada sedikit rasa sakit ketika menelan. Waktu makan siangnya, sakit menelan semakin menjadi ditambah rasa gatal di kerongkongan. Akhirnya aku ke Dokter dan diberi obat batuk Nelco dengan dosis 3 x 3 sendok makan setelah makan.

Hari ketiga mengkonsumsi obat batuk itu, lambungku kembung, perih dan berlanjut dengan diare berkepanjangan. Tanpa petunjuk Dokter, aku menghentikan minum Nelco karena aku ingat betul hanya itu benda asing yang masuk kedalam perutku. Ketika aku ke Dokter, aku disuruh menghentikan minum Nelco kemudian diberi Dexanta dan Diatabs. Beberapa hari berlalu, obat dari Dokter sudah habis tetapi masalah di lambung dan diare tetap timbul tenggelam.

Empat bulan berlalu. Sudah berapa kali aku harus ke UGD karena perutku kembung, lambungku sakit, kemudian diare yang diikuti rasa sakit tak tertahankan di perut bagian bawah. Anus terasa panas, pedas dan pedih padahal aku sudah menghentikan makanan yang dilarang Dokter. Jangankan yang pedas, asam, dan atau yang menimbulkan gas, yang putihpun (nasi putih atau air putih) sudah cukup membuat lambungku terasa perih. Aku tidak bisa lagi leluasa untuk makan dan minum. Semua makanan kesenanganku terpaksa aku tinggalkan. Sakit lambung dan perut bawah terus silih berganti. Buang air besar (BAB) tidak pernah normal. Seperti air keluar dari keran saja. Belum lagi gangguan gas dalam perut yang menyakitkan. Apa saja yang kumakan terkadang keluar utuh, tomat keluar tomat, sawi keluar sawi, dst. Makanan yang berani aku telan hanya bubur nasi dan kecap. Yang anehnya adalah begitu selesai makan, sekitar lima menit kemudian mau BAB yang tak tertahankan. Pernah dua kali dalam sehari dijemput ambulance karena kesakitan di lambung, muntah-muntah dan diakhiri dengan rasa lemas tidak mampu bergerak. Hb terus menurun dan terendah sampai ke 9.2.

Akhirnya internist melakukan pemeriksaan gastroduodenoskopi (menggunakan kamera masuk ke saluran cerna atas). Dari foto lambung, terlihat banyak sekali bintik merah pada fundus, corpus dan antrum. Banyak juga yang sudah menjadi seperti sariawan (multiple ulcer). Tidak heran kalau apapun yang masuk lambung menjadi perih. Demikian apa yang dapat aku tangkap dari penjelasan Dokter.

Obat-obatan yang diberikan cukup membantu. Tetapi sakit lambung dan diare itu masih saja timbul tenggelam. Setiap mau makan sudah terbayang sakit yang akan dirasa. Aku kehilangan nafsu makan. Berat badanku yang biasanya 68 kg (tinggi 165) berkurang 10 kg. Tubuhku terlihat kurus. Tulang pipiku mulai menonjol. Lama kelamaan tangan dan kaki mulai semutan berat dan kebas. Makin hari mulai dari paha sampai ujung jari kaki semakin tidak terasa kalau diraba. Mr.P sudah tidak pernah lagi menggeliat. Aku jadi mudah tersinggung, suka menyendiri, mudah sedih dan menangis. Apalagi kalau ketemu teman yang mengatakan bahwa aku kurus sekali. Kalau sebelum sakit doa malamku biasa saja, waktu sakit itu selalu diselingi sedu-sedan tangisku. Bayang-bayang menyedihkan selalu muncul dalam pikiranku.

Satu setengah tahun sudah penyakit itu menggerogoti tubuhku. Bermacam obat sudah diberikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Syaraf. Yang aku ingat adalah Musin, Vometa FT, Lapraz, Maltofer, Zegavit, Megabal, Bio ATP, Sulcolon, Amaropo Plus, Citaz, dan lainnya tidak ingat. Sekian banyak dan sekian lama aku terpaksa mengkonsumsi obat membuat aku merasa takut dengan efek sampingan.

Qodarullah, pada satu kesempatan aku bertemu dengan saudaraku yang herbalis. Setelah mendengar ceritaku, dia menyarankan untuk mencoba kacang hijau. Kacang hijau itu disangrai sampai garing dan berwarna coklat tua, kemudian dihaluskan. Diminum setiap setengah jam sebelum sarapan pagi sebanyak satu sendok teh yang diseduh dengan air mendidih setengah gelas (lebih kurang 100 ml). Boleh ditambah sedikit gula atau madu sebagai perasa tambahan.

Kontrol Dokter aku jalani terus tetapi resepnya tidak aku tebus. Minggu ketiga mengkonsumsi kacang hijau, aku tidak lagi merasakan kembung dan sakit di lambung, tidak ada lagi diare. Bulan kedua aku penasaran, kucobalah makan nasi pecel kesukaanku yang telah aku tinggalkan sejak lambungku bermasalah. Setelah aku tunggu-tunggu, tidak ada reaksi seperti perih, mules, atau langsung BAB. Satu lagi kesenanganku, nasi padang, aku nikmati juga tanpa reaksi seperti biasanya.

Alhamdulillah, sejak habis lebaran kemarin (1432H) aku bisa kembali menikmati segala makanan kesenanganku. Nafsu makanku muncul kembali seperti dulu sebelum aku sakit. Berat badanku naik terus, tinggal empat kilo lagi akan kembali ke 68 kg. Rasa semutan dan kebas sudah tipis sekali. Syaraf perasa di kakiku sudah dapat merasakan elusan lembut.

Lalu bagaimana selanjutnya? Medis atau Alternatif?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline