Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Wahyono

TERVERIFIKASI

Penganggur

Prabowo Menghitung Hari Menuju 2 Desember

Diperbarui: 26 November 2018   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Calon Presiden Prabowo Subianto (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)

Konon Prabowo Subianto (PS) sedang sendirian duduk di teras. Sekeping gawai tergeletak di meja depannya. Sebidang dinding bata merah di belakangnya menatap dengan hening. Suara-suara bebek, kambing, sapi, dan kuda teredam oleh aneka pepohonan dan tanaman lainnya, termasuk sayuran. Semburat senja mengusap langit Bojongkoneng.

2 Desember sebentar lagi. Ulang tahun ke-2 Aksi 2 Desember atau Reuni 212 sudah masuk masa persiapan. Bagian logistik yang ditangani Verry Koestanto, tentunya. Puluhan ribu nasi kotak sedang berada dalam pesanan.

Entah berapa total dana untuk logistik Reuni 212. Ia tidak bisa terlalu masuk ke urusan dana tersebut sebab ia sendiri sedang membutuhkan dana untuk kampanye. Ia menyebutnya sebagai "dana perjuangan".

Pada Kamis (22/11) calon presiden (capres) nomor urut 02 ini meminta sumbangan dana kampanye kepada para relawan yang hadir dalam acara pembekalan relawan di Istora Senayan, Jakarta. Permohonan itu disampaikannya pada saat berorasi di hadapan para relawan. 

"Kemudian tolong terpaksa aku minta bantuan dari kalian semua. Karena kita kekurangan dana perjuangan. Kami minta kerelaan yang mau bantu Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 20.000. Berapa pun," katanya.

Namun bukan itu yang sedang direnungkannya. Ia yakin, panitia reuni mampu memakluminya.

Rabu (21/11) dan seusai berpidato di Indonesia Economic Forum 2018 di Hotel Shangri-La, Jakarta seusai PS ditanya oleh wartawan asing soal sikapnya mengenai rencana pemindahan Kedubes Australia dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Untuk pemindahan kedutaan, saya belum membaca soal keputusan Australia memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Kita sebagai pendukung Palestina, kita tentu punya pendapat sendiri, tapi Australia juga merupakan negara independen dan berdaulat, maka kita harus menghormati kedaulatan mereka," jawabnya.

Berita itu pun segera menyebar. Penting dipahami, Indonesia berada dalam posisi terdepan dalam pembelaan kepada Palentina, apalagi perihal Yerusalem yang dijadikan sebagai ibu kota Israel pada 2017.

Dalam pidato di Gedung Putih, Rabu (06/12/2017) Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Hari ini Yerusalem adalah kursi bagi pemerintah modern Israel, rumah bagi parlemen Israel, Knesset, rumah bagi Mahkamah Agung," tuturnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline