Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purwantini

TERVERIFIKASI

Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Empat Tradisi Ramadan Khas Kauman yang Saya Rindukan

Diperbarui: 16 April 2021   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langgar Adzdzakirin/Dokpri

Silakan berselancar di internet. Ketik kata kunci "Kauman" atau "pasar tiban ramadan" atau kata kunci lain yang sejenis. Pasti akan bermunculan aneka informasi dan ulasan tentang Pasar Tiban Ramadan di Kauman, Ngupasan, Yogyakarta.

Pastinya pula Anda bakalan menjumpai foto kicak berseliweran. Kicak yang saya maksudkan di sini kicak khas Kauman lho, ya. Yang dibuat dari beras ketan. Bukan kicak yang dibuat dari bahan lain dan berasal dari daerah lain.   

Mengapa bela-belain saya tegaskan perihal kicak? Sebab kicak merupakan komoditi yang paling dicari oleh para pengunjung Pasar Tiban Kauman yang legendaris itu. Terutama kicak Mbah Wono.

Demikianlah adanya. Kicak Mbah Wana dan Pasar Tiban Kauman lambat-laun bertumbuh menjadi paket wisata tersendiri di Kota Yogyakarta. Yang menjadi destinasi wisata kuliner menarik selama Ramadan. Tak heran kalau banyak yang merindukannya dengan berbagai alasan.

Namun sepertinya, mayoritas orang cuma rindu pada pasar tiban dan kicak. Sementara di Kauman ada beberapa hal lain yang menarik selama Ramadan. Yang pastinya sangat dirindukan oleh warga setempat termasuk saya. Terlebih sudah dua periode Ramadan (yakni tahun 2020 dan 2021) atmosfer khas Ramadan tersebut dirampas corona.

Iya. Siapa yang menyangka kalau ternyata kami mesti kehilangan tradisi khas Kauman saat Ramadan? Aneh cenderung hambar rasanya. Terlebih saat Ramadan tahun lalu. Rasa aneh itu terasa demikian kental. Kalau sekarang sih sudah lumayan beradaptasi. Tahun lalu 'kan kami telah mengalaminya.

Lalu, apa saja tradisi khas Kauman saat Ramadan? Saya mencatatnya ada empat. Mari simak penjelasan berikut.  

(1) Pasar Tiban Legendaris

Empat tahun lalu, hal yang paling bikin saya antusias untuk pindah ke Kauman adalah Pasar Tiban Ramadannya. Betapa tidak? Di pasar tiban tersebut dijual aneka rupa lauk, sayur, kudapan, dan minuman. Mulai dari genre kekunoan hingga genre kekinian tersedia di situ. Bukankah itu surga bagi saya yang bawaannya super lemas kalau berpuasa, padahal punya kewajiban menyiapkan hidangan berbuka untuk keluarga?

Akan tetapi, sejak Ramadan 2020 lalu pasar tiban ini diliburkan. Sebuah keputusan yang dapat dimaklumi karena para pengunjung pasti akan kesulitan menjaga jarak. Lokasi pasarnya saja di gang yang lebarnya kurang lebih 2 meter. Otomatis dengan liburnya pasar tiban, keramaian siang sampai jelang waktu berbuka tak terjadi. Kampung yang sehari-hari sepi pun tetap sepi.

Menggemaskan juga, sih. Dahulu sebelum tinggal di Kauman saya jauh-jauh datang hanya untuk jajan di pasar tibannya. Kini saat berdomisili di gang yang sama dengan si pasar tiban, eh, corona malah meliburkannya. Hampa jadinya hati saya tuuuh. Eh? Mungkin hati para penjual di pasar tiban malah lebih hampa, ya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline