Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Gara-gara Laku Overthinking Orang-orang Ini, Anak Sekolah Jadi Pusing

Diperbarui: 21 Maret 2021   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Thinker karya Auguste Rodin di Museum Rodin, Paris (psychologytoday.com).

Di sekolah kadang tokoh sejarah jadi bulan-bulanan omelan siswa. Coba itu Diponegoro tidak berperang dengan Belanda pasti ceritanya tak jadi bahan ulangan. Yang nasionalis mengumpat Belanda, ngapain juga jauh-jauh datang ke mari. Gara-gara Belanda kelayapan akhirnya jadi banyak perang dan buku sejarah jadi tebal.

Gerundelan orang republik melanda juga pelajaran eksak.

Pythagoras kena gibah karena terlalu iseng bikin rumus-rumus. Ujung-ujungnya anak sekolah yang repot karena harus mencari panjang sisi segitiga. Lalu Newton itu kerja sebenarnya apa sih? Kok sempat-sempatnya punya waktu mikirin buah apel jatuh. Newton yang malang juga sering  diledek karena di antara para ilmuwan menurut siswa dialah yang paling kebanyakan gaya.

Guyonan-guyonan konyol overthinking yang overdosis itu berkhasiat membunuh suntuk kala siang-siang harus mendadak ulangan. Dikasih tahu saja gak siap, apalagi dadakan. Cuma tahu yang selalu siap ulangan dadakan.

Ilustrasi Isaac Newton bersama karya-karya besar temuannya. Terlihat di belakang ada buah apel (awesomestories.com).

Ngomong-ngomong soal overthinking --terlalu memikirkan hal-hal sepele--, umumnya hal itu dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Namun  jika melihat sejarah atau latar belakang perkembangan ilmu pengetahuan, banyak sekali temuan atau inovasi yang cikal bakalnya berasal dari  perilaku overthinking. Meski jelas menghabiskan waktu karena intensitasnya, overthinking yang positif bisa juga berbuah manfaat.

Misalnya Isaac Newton, ilmuwan fisika-matematika Inggris yang awalnya masuk sekolah bahasa. Banyak sekali sumbangannya bagi ilmu pengetahuan termasuk tentang gaya gravitasi yang terkenal itu.

Berabad-abad lalu Isaac Newton (1642-1726) juga maklum kalau jatuh itu pasti ke bawah. Akan tetapi pertanyaan yang mengusiknya ketika melihat apel jatuh adalah mengapa arahnya harus ke bawah? Dalam kacamata awam pertanyaan ini jelas pertanyaan orang pengangguran.

Namun bagi Newton peristiwa yang lazim  tersebut mengendap terus di kepala hingga akhirnya ia menyadari ada sesuatu di balik peristiwa buah apel jatuh dari pohon.

Sebelumnya Newton memahami inersia. Suatu keadaan di mana benda akan terus bergerak dalam lintasan lurus hingga sebuah gaya akan mengubahnya.

Dalam kasus apel jatuh, keberadaan  sebuah gaya yang misterius telah membuat ia berpikir keras dan akhirnya menemukan teori gravitasi itu. Teori ini dapat menjelaskan mengapa benda jatuh ke bawah yaitu ke pusat gravitasi. Ia juga dapat menjelaskan mengapa bulan tetap pada orbitnya yang berbentuk elips; tidak jatuh ke bumi dan tidak pula melenceng dari lintasan.

Antonie van Leeuwenhoek dan gambar mikroskop buatan tangannya (amazine.co)

Contoh lain yang masih satu zaman dengan Newton yaitu Antonie van Leeuwenhoek dari Belanda. Pedagang kelahiran Delft tahun 1632 ini bekerja sebagai pemeriksa kualitas kain. Ia menggunakan optik pembesar sehingga serat kain yang halus bisa terlihat.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline