Lihat ke Halaman Asli

Petrikor: Aroma Hujan

Diperbarui: 2 April 2024   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pe.tri.kor: Aroma Hujan

Di antara rerumputan dan tanah yang kering,
Mengalir aroma khas, sebuah panggilan alam.
Pe.tri.kor, harmoni semesta yang merayakan,
Aroma hujan yang membasahi bumi yang haus.

Setetes pertama, diudara ia bergelayut,
Menyentuh daun-daun, menyapa bunga-bunga.
Pe.tri.kor, simfoni rahasia yang dihembuskan,
Meluluhkan hati yang kaku, meremajakan jiwa yang lapuk.

Dalam goresan awan yang menari,
Di angin yang memeluk, ia terbawa ke kejauhan.
Pe.tri.kor, penjelajah rahasia di relung hati,
Menghadirkan nostalgia dan kehangatan yang terlupakan.

Di antara riak-riak air yang menyapa,
Di atas permukaan tanah yang kembali hidup.
Pe.tri.kor, pesan dari alam yang tersembunyi,
Mengajak kita untuk merenung, merasakan keajaiban yang tak terucapkan.

Terlalu banyak kata untuk menggambarkan keindahannya,
Pe.tri.kor, hadir dengan sederhana namun dalam.
Aroma hujan yang menggetarkan jiwa,
Menyatukan kita dengan alam, dengan kehidupan yang abadi.

Petrichor: Nyanyian Hujan di Tanah Gersang

Pertama tetes menyentuh bumi,
Aroma khas membangkitkan mimpi.
Petrichor, harum nan lembut,
Hujan bernyanyi, tanah menyambut.

Udara kering seakan bernafas lega,
Debu beterbangan, tersapu bersih nestapa.
Bunga-bunga mekar, tunas bermunculan,
Kehidupan baru, dari tanah yang dahaga.

Aroma petrichor, magis tak terkira,
Mengingatkan janji alam yang setia.
Kemarau panjang takkan selamanya ada,
Hujan selalu datang, membawa berkah.

Di bawah atap, kita duduk termangu,
Menatap jendela, kabut tipis menyelimuti.
Suara rintik memecah keheningan,
Petrichor menari, mengelus jiwa yang sepi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline