Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Setelah Berat Badan Ideal, Apakah Bisa Berhenti Diet ?

Diperbarui: 5 September 2025   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

illustrasi-dokpri

Saya pelaku diet, kali pertama melakukannya pada 2016. Kala itu diawali kejadian tak mengenakkan, yang menjadi pemantik tekad kuat untuk berubah.

Suatu malam badan ini kesakitan yang sangat, bergerak sedikit saja nyeri sekali. Sampai saya tidak bisa bangkit dari tempat tidur, saking sakitnya saya merasa tersika. Pikiran ngelantur kemana- mana, ketakutan kalau terkena penyakit berat.

Untuk bisa duduk dan bangkit, dua tangan ditarik istri dan anak. Dengan tertatih- tatih mencoba berdiri, meski tetap menahan sakit yang sangat. Saya berusaha mondar mandir di ruang tengah, sampai badan bisa digerakan seperti biasa.

Keesokan hari ke klinik, setelah diperiksa dokter hasilnya membuat saya introspeksi diri. Selain hipertensi, ada indikasi fatty liver. Yang musti saya lakukan, saran dokter adalah mengubah pola makan dan gaya hidup.

Keluar dari ruang praktek itu, seperti ada tekad kuat yang bertumbuh dan membaja. Mulai detik itu, saya bertekad berubah untuk kebaikan diri sendiri. Dan bulan Ramadan 2016, menjadi titik balik perubahan itu.

Saat berbuka dan sahur, saya memperhatikan asupan yang masuk ke tubuh. Selain mengonsumsi asupan kaya serat, no gula, no minyak, no santan, no tepung. Nasi diganti singkong, ubi, kimpul, kentang, memilih olahan rebus, ungkep, paling berat dibakar. 

Di awal diet BB saya dikisaran satu kuital, pada bulan kedua mulai terasa dampaknya. Baju dan celana yang semula ketat, mulai longgar dan muat dipakai lagi. Perut buncit dan gempal tidak lagi tampak, tubuh terasa enteng tidak gampang masuk angin.

Sekira delapan belas bulan berjalan, berat badan ini di angka 75 kg. Saya dengan tinggi 177 cm, menurut dokter kisaran BB 70 -- 75 termasuk angka ideal.

Berada di BB ideal -- empat tahun kemudian-, membuat saya melonggarkan diri soal makanan. Mula-mula nyuil gorengan dimakan istri, nyeruput teh manis dibeli anak wedok. Tepung- tepungan diincip, demikian seterusnya- dan seterusnya. Saya abai soal makanan pantangan, menjadi keterusan.

Bulan mei 2025 saya ikut acara lari, saat ngepas jersey rasanya tidak nyaman. "Mustinya, lu ambil size XXL" celetuk teman sambil bercanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline