Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Syekh Ali Jaber, Gus Nur, dan Cara Pandang Hati vs Emosi

Diperbarui: 30 April 2021   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulama Syekh Ali Jaber menjadi korban penikaman seorang pria saat berceramah di Bandar Lampung pada Minggu (13/09).(YOUTUBE SYEKH ALI JABER)

"Ketenangan hati berasal dari keihklasan kita dalam melihat dan menerima peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, serta mampu mengambil hikmah dari hal itu."

Sikap yang ditunjukkan oleh Syek Ali Jaber tatkala mengalami insiden penusukan saat mengisi acara tausiyah beberapa waktu lalu memang patut diacungi jempol. 

Keikhlasan beliau dalam menjalani peristiwa yang mengancam nyawa itu menggambarkan betapa mulianya pribadi beliau dalam menebar keteladanan bagi umat. 

Sesuatu yang teramat jarang ditemui di era kehidupan seperti sekarang ini. Mulia yang tidak menaruh dendam, amarah, dan kecurigaan itu seperti mengingatkan kembali kalangan muslimin akan kepribadian mulia baginda Nabi Muhammad SAW pada masanya.

Kala itu kanjeng nabi diperlakukan tidak manusiawi, dilempari baru, diludahi, bahkan sampai diancam pembunuhan sama sekali masih tetap bersikap ikhlas karenanya. 

Sampai-sampai saat ada malaikat yang menawarkan diri untuk menghukum kaum durhaka tersebut dengan hantaman gunung sang baginda nabi tidak mengizinkan.

Saat ada seorang buta yang setiap hari mencaci maki beliau hal itu justru dibalas dengan ksaih sayang dengan menyuapinya makan. Akhlak macam apa itu yang begitu mulia dan luar biasa? 

Rasa-rasanya tidak masuk akal untuk dilakukan oleh manusia biasa manapun, terlebih pada masa seperti sekarang ini. Sikap yang ditunjukkan oleh Syekh Ali Jaber seperti membuka mata kita lagi bahwa akhlak seperti itu ternyata bisa dilakukan oleh manusia biasa.

Syekh Ali Jaber saat dijenguk oleh Menkopolhukam Mahfud MD | Sumber gambar : kompas.com

Meskipun harus diakui bahwa sikap Syekh Ali Jaber sangat mulia tapi sepertinya tidak semua orang sepakat dengan hal itu. 

Sigi Nur Raharja atau biasa disapa Gus Nur justru berharap agar Syekh Ali tersulut emosinya oleh karena hal itu. Jikalau peristiwa itu menerpa Gus Nur maka dirinya menyatakan akan marah meskipun pada akhirnya akan memaafkan juga.

Ada sebuah perbedaan besar disini. Syekh Ali samasekali tidak menunjukkan ekspresi tersulut emosi dikala nyawanya terancam. Sebuah pertanda bahwa keberserahdirihan beliau kepada Sang Khaliq amatlah tinggi. Dan kepentingan beliau akan dunia rasa-rasanya tidak ada sama sekali. La hawla wala quwwata illabillah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline