Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Trump atau Xi Jinping, pada Siapa Jokowi "Berkiblat" Atasi Pandemi Covid-19?

Diperbarui: 20 Mei 2020   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

China yang dikomandoi Presiden Xi Jinping terlihat begitu total dalam memerangi pandemi COVID-19 di negaranya.  Wuhan, kota yang disebut-sebut sebagai tempat awal mula virus ini bermula menjadi kota pertama yang "memperkenalkan" lockdown dalam menangkal persebaran COVID-19. Kontrol penuh diambil alih pemerintah pusat dengan pengerahan segala sumber daya yang ada. 

Mulai dari membangun rumah sakit baru dalam waktu singkat, hingga menutup total aktivitas ekonomi satu kawasan. Tak ada kompromi bagi setiap orang untuk berkeliaran keluar rumah. Semua dikunci rapat di rumah masing-masing, dan hanya sesekali saja diperbolehkan keluar untuk memenuhi kebutuhan makanan. Itupun tidak frontal dilakukan. Sehingga Wuhan yang terkenal sebagai kota penting itu seketika menjadi sunyi laksana kota mati. Total. Itulah cara China, cara Xi Jinping.

Beberapa waktu setelah lockdown pertama dilakukan, Wuhan kembali memulai kehidupan barunya. Pada saat kota dan negara lain kelimpungan diterjang COVID-19, ekonomi di Wuhan dan daratan China mulai berangsur normal. 

Meski serangan gelombang kedua COVID-19 terus mengemuka dan mengancam China, hal itu sepertinya tidak menggoyahkan mereka untuk tetap memerangi pandemi secara totalitas. 

Pemeriksaan ketat dilakukan di segenap penjuru negeri untuk memeriksa manusia yang keluar masuk negara tersebut. Birokrasinya bisa bikin orang geleng-geleng kepala. Tapi hal itu tidak mereka pedulikan asalkan ancaman gelombang kedua bisa ditangkal.

Totalitas China memang luar biasa. Saat ditemukan adanya penderita baru COVID-19 di Wuhan, langkah dramatis dilakukan. Seluruh penduduk Wuhan yang sekitar 11 juta jiwa itu harus dites. Menggunakan tes nucleus acid, bukan rapid test. Dibandingkan rapid test yang kadang hasilnya tidak akurat, nucleus acid memberikan hasil pasti. Positif atau negatif. Xi Jinping benar-benar mengomandoi China dengan penuh ketegasan memberantas COVID-19.

Sangat berbeda dengan "kompatriot"nya Donald Trump, Presiden Amerika Serikat (AS), yang pada awal pandemi ini mengemuka masih meremehkan virus COVID-19 sebagai "flu biasa". AS bersantai, demikian juga presidennya. 

Saat pandemi semakin meluas dan menjangkiti warga AS, mulailah mereka kebakaran jenggot. Menerapkan kebijakan lockdown serupa China tapi hasilnya tak kunjung menjadikan situasi membaik. 

Pada akhirnya pembatasan sosial kembali dilonggarkan sembari meneriakkan tudingan sana sini kepada sang rival, China. Bahkan sang presiden terkesan halu dengan beberapa pernyataannya. Hingga kemudian berbuntut pada aspek lain seperti penghentian dana ke WHO dan memanaskan tensi perang dagang dengan China yang sempat mereda. 

Trump semakin kehilangan fokus karena ia mendekati periode pemilihan umum presiden Amerika Serikat November 2020 mendatang. Seiring jumlah korban yang terus bertambah, popularitas Trump pun mengalami degradasi. Oleh karena itu ia harus melakukan langkah dramatis agar tetap bisa terpilih pada pemilihan mendatang.

Gagasan perang pun mengemuka. Bukan sebatas perang dagang seperti sebelum-sebelumnya, tetapi sudah menjurus pada pertempuran fisik. Membuat dunia semakin berada dalam ketidakpastian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline