Menanggapi ancaman mengintai negara mereka, salah seorang pejabat China memberikan pernyataan bahwa mereka bisa menghancurkan Benua Amerika dalam sekejap menggunakan rudal antarbenuanya. Semua karena "ulah" Trump yang telah salah langkah diawal dan berbuntut penyangkalan pada langkah-langkahnya selanjutnya.
"Kiblat" Jokowi
Menilik situasi Indonesia, adakah kita menemukan kesamaan didalamnya? Kita tentu masih ingat bagaimana sikap pemerintah pusat dalam menanggapi awal-awal penyebaran pandemi COVID-19 di Indonesia.Â
Katanya, Indonesia kebal virus corona sampai-sampai pakar dari Universitas Harvard saja ditantangin. Saran dari Anies Baswedan yang khawatir dengan potensi virus tersebut menyerang daerahnya untuk mulai mengadakan tes diabaikan. Indonesia masih baik-baik saja. Pandangannya mirip sekali dengan yang dimiliki Donald Trump dan Amerika-nya.
Saat pasien "pertama" diumumkan dan disusul dengan korban-korban selanjutnya, pemerintah merasa itu bukan alasan untuk melakukan lockdown. Lockdown adalah kewenangan pemerintah pusat. Tidak boleh ada pemerintah daerah yang mendahului kewenangan pusat.Â
Pendirian kukuh pemerintah terus berlanjut biarpun kasus terus bertambah. Hanya anjuran social distancing yang dilakukan. Ketika desakan lockdown terus menguat, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo (Jokowi) justru mengambil langkah berbeda. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB bukan lockdown, tapi lebih kepada lockdown terbatas atau mengalami modifikasi.
Belakangan ini AS dengan komando Donald Trump menyatakan bahwa karantina wilayah akan dilonggarkan. Biar ekonomi tetap bisa berjalan. Meski kontroversi menyeruak mengingat jumlah kasus yang terus bertambah hal itu sepertinya tidak digubris sang presiden.Â
Tidakkah ada "potensi" kemiripan dengan wacana pelonggaran PSBB baru-baru ini? Protokol penanggulangan COVID-19 di Indonesia memang terkesan berbeda dengan yang dilakukan oleh banyak negara, utamanya China. Mungkin karena kondisi ekonomi kita yang masih berbeda jauh.Â
Presiden Jokowi sebenarnya "mengadopsi" pendekatan pemimpin negara mana dalam rangka menanggulangi COVID-19? Donald Trump-kah? Xi Jinping-kah? atau siapa? Barangkali presiden kita memiliki caranya sendiri.Â
Cara "ala" Jokowi dalam melawan COVID-19. Pendekatan dengan "kearifan lokal" yang mengatasi masalah dengan cara damai. Berdamai dengan virus. Tapi, apapun pendekatan yang dipakai dan siapapun yang menjadi "kiblat" Presiden Jokowi dalam merumuskan kebijakannya semoga tetap bisa membuahkan hasil terbaik dalam menuntaskan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Sebenarnya bukan kepada siapa dan kemana Presiden Jokowi harus berkiblat, karena yang terpenting adalah bagaimana agar semua masalah akibat COVID-19 bisa dituntaskan secara efektif dan efisien. Perkara prosesnya terserah pemerintah, yang penting adalah hasilnya. Mengikuti cara Xi Jinping silahkan, meniru Donald Trump juga boleh-boleh saja.Â