Hari Raya Idul Fitri bukan hanya sekadar penanda berakhirnya bulan Ramadan, tetapi juga momen penuh kebahagiaan yang dirayakan dengan suka cita oleh umat Muslim di seluruh dunia. Selain berkumpul bersama keluarga, menikmati hidangan khas, dan bersilaturahmi, satu hal yang tak pernah absen adalah persiapan outfit lebaran. Dari gamis dengan detail bordir mewah, sarung dengan merk berharga ratusan ribu rupiah, hingga baju koko minimalis, pakaian lebaran menjadi tradisi yang mendarah daging. Pakaian ini menjadi simbol perayaan Idul Fitri yang khas, utamanya di Indonesia.
Namun, pernahkah terbesit pertanyaan di benak kita, apakah pakaian lebaran ini sebenarnya bagian dari ajaran agama atau hanya tradisi budaya semata? Kenapa banyak dari kita merasa "belum lengkap" jika tidak membeli pakaian baru untuk lebaran? Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut sekaligus mengajak kita merenung lebih dalam tentang makna pakaian lebaran dalam perspektif agama dan budaya.
Perspektif Agama: Apa yang Islam Ajarkan tentang Pakaian di Hari Raya?
Dalam Islam, berpakaian tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar manusia, tetapi juga menjadi bagian dari dimensi ibadah. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaik saat merayakan hari raya. Dalam sebuah hadis disebutkan:
"Rasulullah SAW memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki, mengoleskan wewangian, dan menyembelih kurban." (HR. Hakim).
Hadis ini memberikan panduan sederhana bahwa pakaian terbaik yang dimaksud bukan berarti harus mewah atau baru, tetapi cukup bersih, layak, dan sesuai syariat. Dalam QS. Al-A'raf: 31, Allah SWT juga berfirman:
"Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."
Ayat ini menegaskan pentingnya kesopanan, keindahan, dan keseimbangan dalam berpakaian. Jadi, Islam memberikan kelonggaran dalam hal gaya berpakaian, selama memenuhi prinsip-prinsip kebersihan, menutup aurat, dan tidak berlebihan.
Pakaian menjadi representasi atau bentuk ekspresi dari nilai syukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Outfit lebaran juga mencerminkan penghormatan terhadap momen kemenangan Idul Fitri. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa agama memiliki ajaran tersendiri dalam mengatur pakaian umatnya. Sehingga dalam mengekspresikan nilai syukur terhadap pakaian tentunya kita tidak boleh melanggar ajaran agama. Boleh memperhatikan estetika, dan mengikuti tren namun teap menutup aurat.
Tradisi dan Budaya: Mengapa Pakaian Baru Jadi Penting?