Lihat ke Halaman Asli

Adian Saputra

TERVERIFIKASI

Jurnalis

Guru Penggerak Cermin Kegagalan Pendidikan

Diperbarui: 9 Maret 2023   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para guru. Foto Kompas.com/Wawan H Prabowo

Adanya guru penggerak adalah cermin kegagalan Kementerian Pendidikan selama ini. Kementerian yang acap berubah nama dan kini lengkapnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi diakronimkan menjadi Kemdikbudristek. Nama menterinya Nadiem Makarim, pendiri Gojek. Orang banyak sapa dia, Mas Menteri.

Ramai-ramai orang bicara soal guru penggerak turut menggerakkan nurani dan pikiran saya juga. Bagi saya, program guru penggerak ini hanya gembar-gembor saja. 

Biasalah, namanya juga orang baru, menteri "baru", pasti punya gebrakan. Salah satunya guru penggerak. Saya fokus ke guru penggerak ini saja dahulu. Musababnya, untuk beberapa program lain saya menyambut baik.

Guru itu lazimnya dahulu kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan disingkat FKIP. Ada juga dahulu yang kuliah di IKIP alias Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kini semua IKIP rerata menjadi universitas.

Ada dua fakultas yang rata-rata lulusannya sesuai dengan hasil belajarnya. Satu fakultas kedokteran, satu lagi FKIP. Kenapa nyaris semua lulusan fakultas kedokteran jadi dokter? Mengapa pula sebagian besar lulusan FKIP jadi guru? 

Jawabannya, yang mengajar di dua fakultas itu dokter dan guru. Dosen di kedokteran ya dokter. Dosen di FKIP ya guru juga, gurunya mahasiswa. 

Jadi, kalau lulusannya jadi dokter atau guru, wajar. Sebab, nasab mereka tersambung ke para guru yang punya profesi sesuai dengan pelajaran utamanya.

Mengapa lulusan ekonomi, kerjanya macam-macam, dan tidak semua jadi manajer atau pebisnis? Sebab, nyaris semua yang menjadi dosen ya dosen saja. 

Mengajarkan teori soal ekonomi dan bisnis. Wajar kalau ruhnya tak masuk.

Kenapa pula lulusan pertanian sebagian besar tak jadi petani? Musababnya, para dosennya juga bukan petani. 

Ada yang petani, tapi tak banyak. Sebagian besar mengajar berbasis pengetahuan dalam kurikulum di buku maupun jurnal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline