"Sesunguhny Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Allah juga menurunkan obatnya."
(HR. Ahmad)
Pernahkah kamu merasa tubuhmu gampang lelah meski pola makan terasa sudah sehat? Atau justru sering meriang, cepat panas, atau tiba-tiba kedinginan tanpa sebab jelas?
Bisa jadi, bukan sekadar pola makan atau gaya hidup yang keliru, melainkan ketidakseimbangan panas-dingin dalam tubuhmu.
Menggali Akar Konsep Panas-Dingin
Dalam khazanah Thibbun Nabawi dan juga pengobatan klasik, tubuh manusia dipandang sebagai miniatur alam semesta. Apa yang ada di luar diri siang dan malam, panas dan dingin, kering dan basah sejatinya juga ada di dalam diri.
Ibnul Qayyim dalam Zad al-Ma'ad fi Hady Khairil 'Ibad menjelaskan bahwa Rasulullah meninggalkan warisan pola makan dan teknik penyembuhan yang tidak hanya berbicara soal medis, tetapi juga keseimbangan.
Konsep panas-dingin bukan sekadar bicara tentang suhu makanan, tetapi tentang sifat dan dampaknya pada tubuh.
- Makanan "panas" menghangatkan, menguatkan metabolisme, dan menyalakan energi vital.
- Makanan "dingin" menenangkan, menyegarkan, menurunkan ketegangan, dan meredam panas berlebih.
Jika salah satunya berlebihan, keseimbangan tubuh terganggu. Di sinilah lahirnya penyakit.Panas-Dingin dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan seseorang yang sering begadang, minum kopi kental setiap malam, makan gorengan berlebih, lalu tubuhnya mudah panas: wajah berjerawat, emosi cepat meledak, perut sering terasa perih.Itulah contoh dominasi "panas" dalam tubuh.
Solusinya bukan langsung berhenti makan, tapi memberi penyeimbang: kurangi kopi, tambahkan sayur segar, perbanyak air putih, konsumsi buah berair seperti semangka atau mentimun.
Sebaliknya, ada orang yang tubuhnya dingin: gampang meriang, sering lemas, wajah pucat, gampang masuk angin.
Di sini tubuh butuh makanan panas: jahe hangat, madu, sup kambing, atau minuman rempah. Kedua kisah sederhana ini mengingatkan kita: kesehatan bukan hanya soal apa yang masuk ke tubuh, tapi soal harmoni dan keseimbangan.
Kaitan dengan Konsep Sehat dan Sakit