Lihat ke Halaman Asli

Kalau Tak Perlu Menggapai Harus Digoreng

Diperbarui: 11 September 2022   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa waktu lalu gonjang-ganjing langkanya minyak goreng sempat mencuat. Hampir setiap saat isi berita yang ditayangkan televisi terkait dengan raibnya minyak goreng di pasaran. 

Belum lagi cuitan-cuitan di media sosial. Sindiran dalam bentuk karya seni suara atau "Tik-Tok" kan yang lagi ngetren marak beredar.

Masyarakat terutama ibu-ibu dilanda panik. Kuatir tidak akan punya persediaan minyak goreng di rumah. Apa boleh buat kegiatan berburu minyak goreng harus dilakukan. 

Rela mengantri berjam-jam dari pagi hingga siang. Sengatan matahari seakan tak dihiraukan meski harapan mendapatkan minyak goreng masih belum tentu kesampaian. Bukan cuma itu bahkan juga ada korban jiwa.

Memang tidak dapat disalahkan. Nampaknya ini berkaitan dengan urusan selera makan. Atau lebih luas lagi pola dan kebiasaan mengolah bahan menjadi menu makanan.

Goreng menggoreng memang mewarnai olahan berbagai bahan makanan. Di tepi-tepi jalan dekat perkantoran atau pertokoan tidak jarang terlihat deretan penjual gorengan. Hingga kadang terlontar istilah "Makanan Generik" sebutan bagi produk-produk gorengan itu.

Disadari atau tidak konsumsi minyak jadi tinggi. Belum lagi penggunaan yang berulang-ulang yang membuat minyak itu menjadi zat karsinogenik pemicu kanker. Padahal anjuran untuk menjaga kesehatan diantaranya adalah salah satunya membatasi asupan lemak termasuk minyak disamping gula dan garam.

Sejatinya olahan bahan makanan dapat saja menggunakan minyak yang dibatasi atau bahkan tanpa menggunakan minyak.  

Ada yang dapat dikukus, direbus,  ditim, dipanggang ataupun seperti sayuran dapat dimakan segar sebagai lalapan. Masakan pun bisa rawon, soto, sayur bening. Kalau pun memakai minyak seperti menumis atau di cah takarannys hanya sedikit. Manfaatnya pun baik untuk menjaga kesehatan badan.

Bahan makanan yang digoreng banyak menyerap minyak. Ini dapat mempercepat proses penimbunan lemak dalam tubuh. Konsumsi lemak yang tinggi energi pada anak-anak menimbulkan berat badan yang berlebih (Obesitas). 

Kasus-kasusnya mulai merangkak naik. Referensi mencatat obesitas pada anak remaja usia 13-15 tahun misalnya,  sebesar 16%. Sedangkan pada remaja usia 16-18 tahun 13.5%. Ini jelas perlu diwaspadai karena akan menjadi beban ganda dalam membangun SDM berkualitas di masa depan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline