Lihat ke Halaman Asli

Ayo Dorong Anak Mencapai Tinggi Maksimal

Diperbarui: 31 Agustus 2022   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hei kontet!!" bulian seperti ini kerap dialami oleh anak yang bertubuh pendek. Faktor keturunan itu memang punya pengaruh. Jurnal Nature Genetics,  mencatat  60-80 persen tinggi badan seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Namun nampaknya orang tua pendek tidak selalu anaknya pendek. Ini karena ada faktor lain yang berperan. Suatu penelitian menunjukkan anak bisa 8.5 cm lebih tinggi dari orang tuanya. Salah satu faktor penyabnya makanan bergizi serta pola makan yang baik.

Menurut Nature Genetics, sebanyak 20-40 persen tinggi badan manusia ditentukan oleh asupan zat gizi dan faktor lingkungan.

Anak yang tinggi badannya tidak sesuai dengan umur atau standar yang ditetapkan banyak disebabkan oleh kekurangan Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak, yaitu masa selama 270 hari dalam kandungan sampai dengan anak berusia 2 tahun. Hitungannya dimulai sejak sembilan bulan dalam kandungan, 9x30 hari = 270 hari. Tahun pertama kelahiran 365 hari, dan tahun kedua kelahiran 365 hari.

Kondisi tubuh pendek ini dikenal dengan "stunting". Tercatat hasil Survei Status Gizi (SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Angka ini turun dari 27,7% pada tahun 2019. Namun ditemukan prevalensi anak kurus (underweight) meningkat dari 16,3% menjadi 17%.

Upaya memacu turunnya angka stunting lewat regulasi sudah dilakukan sejak tahun 2018. Diperkuat lagi dengan Peraturan Presiden (Prespres) nomor 72 tahun 2021. Ini untuk percepatan penurunan stunting. Targetnya ditetapkan menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang.

Upaya percepatan itu dilakukan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan, keluarga dan masyarakat melalui : perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi; peningkatan akses pangan dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi;

Diharapkan kelak anak-anak akan bertumbuh artinya bertambah tinggi dan berkembang dalam mental, emotional dan intelektual yang maksimal. Dengan demikian menghasilkan generasi yang berkualitas. Ini merupakan bonus demografi. Generasi yang didominasi oleh usia kerja yang produktif tentunya.

Kembali ke soal tinggi badan. Dalam suatu penelitian yang diadakan oleh University of Edinburgh tahun 2014 silam,  dari 6000 partisipan ditemukan ada sedikit korelasi antara tinggi badan dan IQ yang lebih tinggi. Individu yang lebih tinggi ternyata lebih cerdas. Ras merupakan faktor penting yang memengaruhi tinggi badan seseorang.

Selain itu ditemukan juga bahwa orang-orang dengan badan lebih pendek memiliki resiko lebih besar untuk terserang demensia, ketimbang mereka yang bertubuh tinggi.

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas perlu didukung dengan pertumbuhan anak secara optimal. Capaian pertumbuhan yang optimal pada setiap anak dipantau dan dinilai status gizi serta tren pertumbuhan anak sesuai standar (Permenkes 2 tahun 2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline