Lihat ke Halaman Asli

Em Amir Nihat

Penulis Kecil-kecilan

Cara Mengungkapkan Kebenaran

Diperbarui: 18 Mei 2022   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada hadits Nabi yang berbunyi : "Katakanlah yang benar meskipun itu pahit", bagi yang tidak faham maknanya hadits ini seakan -- akan menjadi alat untuk dibolehkannya memaksakan kebenaran dirinya kepada orang lain. Mencaci maki orang lain yang kita anggap salah. Menjelekan pendapat orang lain, walau kelak nanti pahit pada kita, nanti kita akan dicacimaki dan dimusuhi balik. Padahal maknanya tidak seperti itu. Menurut penuturan Gus Baha maksud dari hal itu adalah Sampaikanlah Kebenaran dengan hikmah dan bijaksana kepada siapapun saja entah itu orang soleh dan orang fasik. Bagi orang soleh itu manis tapi bagi orang fasik kebenaran itu akan terasa pahit. Jadi, bukan berarti lantas menjadi alat untuk memaksakan kebenaran dan mencacimaki pendapat orang lain tapi hendaknya menyampaikan dengan cara yang baik dan bijaksana.

Syahdan suatu hari Harun Al Rasyid pernah didatangi seorang ulama. Kata Ulama tadi, "Saya hendak menasihati anda tapi anda jangan tersinggung. Saya akan berbicara tanpa basa basi meskipun menyakitkan karena jujur ini soal kebenaran."

Harun Al Rasyid membalas, " Diam anda! Allah pernah mengutus orang yang lebih baik dari anda ( yakni Nabi Musa As ) kepada orang yang lebih jelek dari saya ( yakni Firaun ) itu saja disuruh berbicara yang baik"

Mengenai hal ini, Saya jadi teringat cerpen yang ditulis oleh Penyair terkenal China, Lu Xun ( nama aslinya adalah Zhou Shuren ) yang berjudul "cara mengungkapkan pendapat"

Alkisah ada seorang bayi berumur satu tahun didatangi tiga orang tamu. Tamu pertama berkata : "anak ini akan jadi orang kaya kelak" mendengar ucapan itu, seluruh keluarga bayi merasa senang.

Kemudian tamu kedua berkata : "anak ini kelak jadi orang yang penting" lagi -- lagi seluruh keluarga bayi pun merasa senang

Datang tamu yang ketiga. Ia berkata : "anak ini akan mati kelak". Seluruh keluarga bayi naik pitam dan segera memukuli tamu ketiga itu.

Padahal dari tiga perkataan itu hanya yang ketiga yang bernilai sebuah kebenaran yakni bahwa manusia pasti mati. Perkataan pertama dan kedua masih berupa doa dan harapan yang bisajadi terkabul bisajadi tidak. Lalu mengapa yang bernilai kebenaran malah terkesan salah ? Sebab caranya tidak bijaksana. Jadi kebenaran apapun yang kita yakini sebisa mungkin kita sampaikan dengan hikmah dan kebijaksanaan sehingga hasilnya adalah keindahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline