Mohon tunggu...
Amos Ursia
Amos Ursia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film

"Hotel Transylvania 3", Kemanusiaan Monster

17 Juli 2018   07:58 Diperbarui: 17 Juli 2018   09:32 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel Transylvania 3| Sumber: IMDB

Apa yang terjadi jika seorang drakula mencintai manusia yang ingin membunuhnya? Anehnya, manusia itu mencintai drakula juga. Oke, saya bukan spoiler. Saya ingin menginterpretasikan makna film ini, karena ada pesan penting didalamnya.

Dari adegan awal, film ini sangat jenaka. Dengan dialog dan act out para monster, penonton gampang sekali tertawa. Segmentasi pasar film ini memang anak anak, komedi dan semua plot disesuaikan untuk konsumsi anak anak. Apakah film ini dangkal makna? Tidak, film ini juga harus ditonton politisi dan masyarakat luas.

Hari hari ini, kita sulit menemukan film dan hiburan anak yang edukatif. Yang dibutuhkan tidak sebatas edukatif saja, tapi bisa sesuai "dinamika dunia anak", yang jenaka dan imajinatif. Dibutuhkan hiburan yang seratus persen edukatif, tetapi harus seratus persen usil dan nyeleneh.

Ada tiga poin penting yang saya amati dan maknai. Yang pertama, nyeleneh dan usil. Film ini memiliki kreatifitas untuk usil tetapi dengan rekonstruksi unik. Dimana lagi kita bisa mentertawakan drakula, mitologi Yunani, legenda manusia astral, dan segitiga bermuda. Hal hal tersebut dalam masyarakat barat adalah "dark side" dan biasanya dianggap tabu untuk dibahas. Tetapi semua "dark side" itu ditertawakan dalam film ini.

Sebuah rekonstruksi unik terhadap hal hal tabu, yang berabad abad "disakralkan". Dalam 97 menit semua itu menjadi konsumsi anak anak, dan sangat jenaka.

Yang kedua, kemanusiaan dan kemonsteran. Voltaire adalah sastrawan yang dikenal sarkastik, berbagai fenomena sosial ia kritisi dengan lelucon yang jenaka. Ia mengkritisi politik agama sampai populisme masyarakat Prancis. Isu isu serius pun ia buat jenaka, tanpa kehilangan ketajaman kritik. Film ini seperti Voltaire, tajam namun jenaka.

Dalam bagian akhir, klimaks film ketika Drac, tokoh utama bilang "Manusia, drakula, monster, semuanya sama. Baik bermata satu atau dua, baik berkulit hijau atau tidak berkulit. Semuanya sama." 

Saya menginterpretasikan bagian ini sebagai esensi film ini. Kemanusiaan dengan gaya anak anak ini adalah kesegaran, jika kita melihat konteks politik dunia. Ketika muncul isu supremasi golongan negara, sentimen rasial, politik nuklir, bahkan genosida atas nama agama. 

Para monster dan drakula saja bisa saling mencintai dalam perbedaan, bagaimana dengan manusia?

Ketiga, cintai musuh. Masih dalam bagian akhir, Drac menyelamatkan Abraham van Helsig yang berusaha memusnahkan semua monster dan drakula. Drac, tokoh utama menyelamatkan pemeran antagonis dari kematian. Walaupun musuh utama berulangkali coba membunuh Drac, tetapi Drac menyelamatkannya dari kematian. Nilai moral yang sangat luhur.

Terimakasih, Hotel Transylvania 3!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun