Mohon tunggu...
Kirana
Kirana Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Saat Kiai Berbicara Disrupsi Teknologi

29 November 2018   18:25 Diperbarui: 29 November 2018   18:29 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KH. Ma'ruf Amin dalam diskusi pemikiran di Megawati Institute, pada Rabu (28/11), menyinggung soal perubahan teknologi. Atau, dalam bahasa milenial hari ini kerap disebut dengan disrupsi teknologi. Lho, kenapa Kiai yang biasanya bergulat dengan kitab dan umat harus repot-repot berbicara soal ini?

Mungkin kita harus mundur ke belakang.

Sepuluh tahun lalu, mungkin kita tak pernah membayangkan bisa memesan ojek atau transportasi melalui telepon genggam. Pun demikian jika ingin bebelanja sesuatu. Sekarang hanya dengan klak-klik kita sudah bisa pesan ojek dan beli barang.

Dua puluh tahun lalu, industri media cetak menjadi satu-satunya kanal berita yang terpercaya oleh masyarakat. Tentu, setelah televisi. Namun hanya dalam jangka waktu tak lebih dari lima tahun, beberapa media terkenal harus gulung tikar. Semuanya tergantikan dengan media online.

Hal itu selaras dengan data pola pertumbuhan eksponensial warganet dalam 15 tahun terakhir (2002-2017), dimana rata-rata 200 persen per tahun sementara pola pertumbuhan penerbitan dan tiras mengalami pertumbuhan stagnan bahkan cenderung negatif dengan rata-rata minus 59 persen. Alhasil, media cetak perlahan bangkrut.

Tiga puluh tahun lalu, bila kita ingin mengirim surat maka tak ada bayangan lain, kecuali via Pos. Namun sekarang kita saksikan hampir tak ada lagi orang mengirim surat melalui Pos. The Postal Seervice -- sebuah layanan pos Amerika Serikat, kolaps pada 2008-2009 lalu. Hampir semua orang beralih ke surat elektronik (e-mail).

Seluruh rangkaian peristiwa menujukkan satu hal bahwa perubahan itu adalah niscaya. Mengikuti kredo Heraclitus--seorang filsuf Yunani, perubahan itu adalah satu-satunya yang tak berubah di dunia ini. Maka tanpa mau mengikuti langgam perubahan itu, siapapun pasti akan tergulung oleh masa.

Dalam konteks inilah saya rasa pemikiran KH. Ma'ruf Amin harus ditempatkan. Perubahan, mau tak mau mengintai kita semua, termasuk Indonesia.

Kiai Ma'ruf tak menampik bahwa Indonesia tengah mengalami perubahan multidimensional akibat dari perkembangan teknologi informasi. Perubahan ini pun juga tak salah bila harus diikuti.

Namun, Kiai Ma'ruf mengatakan, perkembangan teknologi itu tak hanya berefek positif tetapi juga bisa negatif. Untuk itu, masyarakat seyogianya tidak larut terbawa arus perubahan, hingga meninggalkan hal-hal baik dari tradisi yang sudah ada.

"Kalau kami kalangan NU (Nahdlatul Ulama) sudah punya paradigmanya. Namanya maha fadzoh 'ala qodiimissholih, wal akhdzu 'ala jadiidil ashlah. Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik untuk melakukan transformasi," kata Ma'ruf melalui rekaman suaranya yang diperdengarkan dalam acara diskusi Megawati Institute, Menteng, Jakarta, Rabu (28/11/2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun