Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips agar Anak Nyaman Belajar di Rumah

23 Maret 2020   13:06 Diperbarui: 23 Maret 2020   19:51 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kegiatan awal sebelum memulai pembelajaran di rumah (Dokumentasi pribadi)

Pemerintah sedang berjuang melawan penyebaran Covid-19 atau lebih dikenal dengan istilah  virus Corona. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia segera mengambil kebijakan terkait masalah tersebut. Peserta didik "diliburkan", tepatnya belajar di rumah selama 14 hari. 

Kebijakan ini awalnya berjalan baik dan lancar. Tidak ada isu-isu yang muncul, entah mendukung ataupun menolak. Semua menerima dengan baik. Isu mulai muncul di hari ketiga. Dimulai dengan beredarnya meme yang berisi soal pilihan ganda mengenai guru yang tidak diliburkan layaknya peserta didik. 

Meme tersebut berbentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban sampai E. Bunyi pertanyaannya kurang lebih seperti ini: pendidik tidak diliburkan karena?Salah satu pilihan jawaban adalah karena pendidik berteman dengan virus corona. Ada-ada saja.

Isu berikutnya muncul ketika di media sosial kita baca tanggapan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengenai kebijakan belajar di rumah. Ada dua judul berita. Pertama, mengenai pendidik yang gagal paham dengan kebijakan belajar di rumah. Kedua, peserta didik yang {katanya} stres karena dibebani terlalu banyak tugas untuk dikerjakan di rumah. Tautan berita tersebut dibagikan ratusan kali dan juga dikomentari beratus-ratus orang. 

Saya sebagai pendidik tidak ikut membagikan dan juga memilih untuk tidak berkomentar.  Saya memilih untuk membaca secara saksama berita tersebut. 

Ternyata, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan hal tersebut setelah menerima beberapa pengaduan dari orang tua. Bahkan KPAI ikut memberikan contoh pembelajaran di rumah sehingga tidak terlalu membebani peserta didik.

Pada tulisan ini, saya akan berbagi bagaimana menyiasati pembelajaran di rumah sehingga orang tua dan peserta didik tidak stres dengan kebijakan ini. Maklum, setiap hari saya juga harus mendampingi dua orang anak untuk belajar di rumah. 

Satu orang, Wahyu, duduk di bangku TK B. Kedua, Kaisar, sudah mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Islam Terpadu kelas IV. Bahkan, yang sudah SD, sebelum proses belajar di rumah, telah dibagikan jadwal kegiatan harian sebagai panduan. Berikut jadwalnya:

Jadwal yang saya buat untuk anak-anak (Dokumentasi pribadi)
Jadwal yang saya buat untuk anak-anak (Dokumentasi pribadi)
Pertama membaca jadwal tersebut, saya juga berpikir keras. Bagaimana menjalankannya? Bagaimana menyiasatinya? Haruskah jadwal tersebut paten dan tidak bisa kita ubah. Saya panggil sang anak. Mencoba diskusi sambil menyuruhnya untuk membaca jadwal tersebut. Klop, dia paham dan berjanji untuk taat aturan. Oke, disepakati. 

Dari sinilah saya berpikir untuk merancang kegiatan selama 14 hari agar saya sebagai orang tua dan anak tidak stres di rumah. Mari berbagi! adapun hal yang saya lakukan adalah...

Buat komitmen
Komitmen awal ini perlu sehingga anak tidak kaget ketika diinstruksikan dengan sebuah kegiatan. Jadwal dari sekolah bisa kita modifikasi sedemikian rupa sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi di rumah dan kondisi sang anak. Akan tetapi, komitmen jangan sampai Anda langgar. Ingatkan sang anak dengan komitmennya dan pastikan komitmen itu berjalan dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun