Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik dan Peserta Didik, Berdamailah!

11 Maret 2020   08:03 Diperbarui: 11 Maret 2020   08:08 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidik dan peserta didik pada momen upacara terakhir di sekolah--dokpri

Akhir-akhir ini berita mengenai dunia pendidikan kita semakin mencengangkan. Beberapa kasus bermunculan. Saya yakin, semua kita telah mengetahuinya. Sebut saja, beredarnya video-video anak-anak berseragam sekolah dasar yang asyik merokok bersama teman-temannya. Video kelompok pelajar SMA dalam sebuah kelas yang asyik merokok, mencemooh, hingga mendorong pendidik yang sedang berdiri di depan kelas. Belum lagi foto-foto dan berita ketegangan antara pendidik dan peserta didik. Kita lihat foto kelompok peserta didik yang memegang spanduk panjang bertuliskan

"Rambut dan sepatu tidak pernah mengganggu proses belajar mengajar". 

Rentetan berita-berita yang melibatkan antara pendidik, peserta didik, hingga orang tua/wali murid. Berita seorang pendidik yang mesti dimutasi dan terancam diberhentikan sebagai pendidik karena menampar peserta didiknya. Beberapa waktu lalu, berita seorang peserta didik yang membunuh gurunya sendiri. Berita orang tua yang menganiyaya seorang kepala sekolah karena tidak terima telepon genggam anaknya diamanakan oleh pihak sekolah. 

Bahkan, masih lekat dalam ingatan, video orang tua santri di sebuah pondok pesantren marah-marah, bahkan mengamuk di depan pengurus pondok pesantren. Melihat foto, menonton video, dan membaca berita-berita tersebut membuat saya, sebagai seorang pendidik, menghela napas. Tidak berani mengambil kesimpulan awal dan susah memberikan saran mengenai hal tersebut.

Tulisan ini saya awali ketika membaca sebuah postingan seorang pendidik di media sosial. Bunyi postingannya saya kutip berikut ini (tanpa pengeditan):

"Menyoal banyaknya peristiwa orang tua marah bahkan menganiaya guru jika anaknya ditegur, dicukur disita hpnya dll disamping sejumlah guru ditangkap dan dihukum akibat kelalaian dalam memberikan pendidikan, maka saya himbau kepada Para Guru untuk menjadi Pengajar saja sesuai mata pelajaran tdk perlu merepotkan diri untuk menjadi Pendidik apalagi menjadi pelatih utamanya pelatih Pramuka dan pelatih lainnya sebab jika terjadi kesalahan yg berakibat siswa sakit atau korban mknya resikonya masuk penjara, dilain pihak Dinas Pendidikan harus dirubah namanya menjadi Dinas Pelajaran Sekolah

Status ini telah disukai oleh 60 orang, dikomentari oleh 36 orang, dan dibagikan sebanyak 10 kali. Komentar-komentar pembaca lebih banyak menyetujui dan sepakat dengan apa yang dituliskan oleh pendidik tersebut. Saya yakin, 10 orang yang membagikan tersebut pun sepakat dengan pernyataan sang pendidik. 

Saya kembali menghela napas. Dunia pendidikan kita sedang sakit. Saat pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terus merancang pola-pola terbaik dunia pendidikan kita. Merdeka belajar yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim telah masuk dalam episode keempat. Perubahan-perubahan signifikan tersebut diharapkan menggenjot kualitas pendidikan kita sehingga mampu bersaing dengan negara lain. Akan tetapi, program-program tersebut hanya akan menjadi fatamorgana jika di kalangan bawah---pendidik, peserta didik, dan orang tua (masyarakat)---terus  berpolemik hingga berujung pada tindak kekerasan.

Harapan

Masalah-masalah dalam dunia pendidikan kita bisa diperbaiki dengan melibatkan tiga komponen pendidikan. Jika ketiga komponen tersebut bersinergi, pendidikan kita diharapkan menapaki jalan lurus menuju cita-cita SDM unggul.

Pertama, pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti. Lingkungan keluarga harus mampu menyiapkan seorang anak untuk bergaul dalam lingkungan sosial dengan baik, memiliki karakter yang positif, serta siap untuk melanjutkan pendidikan ke ruang-ruang yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun