Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Mendidik di Era 4.0

13 Agustus 2019   07:30 Diperbarui: 13 Agustus 2019   07:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri di kelas Penulis (Potongan Vidio)

Seperti biasa, aktivitas sebagai pendidik selalu kami lakukan setiap hari. Mengajar. Dalam berbagai pengertian, para ahli mendifinisikan mengajar dengan berbagai sudut pandang. Pengertian yang lebih saya sukai adalah apa yang ditafsirkan oleh S. Nasution, dengan memberikan beberapa defenisi tentang mengajar sebagai berikut:

  1. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
  2. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak didik.
  3. Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
  4. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.

Dari empat pengertian tersebut, saya lebih memilih mendahulukan poin tiga dan empat. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang baik serta kondisi yang nyaman, secara tidak sadar pengetahuan dan pemahaman kebudayaan akan tertransfer dengan sendirinya kepada peserta didik. 

Peserta didik sebagai pusat belajar telah lama didengung-dengungkan. Bahkan, pendidikan dan pelatihan, workshop, seminar, dan berbagai macam kegiatan untuk menguatkan hal tersebut telah dilakukan. Bukan hanya oleh lembaga pemerintah. 

Lembaga swasta yang memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan pun telah banyak ambil bagian dalam kegiatan positif ini. 

Akan tetapi, terkadang suatu konsep sempurna pada teori dan pelatihan lalu tiba-tiba macet dan tersumbat di alam nyata. 

Kita masih banyak menyaksikan sekarang seorang pendidik bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dalam proses pembelajaran. Metode ceramah yang menoton masih dipertahanankan dengan berbagai macam alibi. 

Peserta didik duduk manis (karena diperintahkan) mendengarkan petuah-petuah berulang dari pendidik, mencatat apa yang telah dijelaskan, menghapalkan, lalu menjawab soal-soal dengan tanpa memahami apa sebenarnya yang sedang dikerjakan.

Buah praktik pembanding

Saya sebagai pendidik terus berusaha untuk melakukan berbagai macam hal saya anggap positif dengan mengubah berbagai macam kegiatan pembelajaran yang saya anggap berbeda. Ada beberapa praktik pembanding yang dapat Bapak/Ibu lakukan di sekolah. Pun, saya setia untuk mendengar dan mengikuti praktik belajar yang telah Bapak/Ibu lakukan di sekolah masing-masing.

  • Jika mengajar di jam-jam awal pembelajaran, sebelum memulai materi pembelajaran, saya memutarkan video-vidio senam konsentrasi. 

  • Senam-senam otak sederhana ditampilkan di layar LCD dan gerakan-gerakan tersebut diikuti oleh peserta didik dan pendidik. Kegiatan ini positif, bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi dan kebugaran peserta didik.

  • Jika mengajarkan pengertian atau teks, saya tidak meminta peserta didik untuk menjelaskan pengertian sesuatu secara bergantian (perorangan). 

  • Saya memilih untuk meminta peserta didik menyampaikan satu kata dari pengertian yang dimaksud. Kata tersebut akan dilanjutkan oleh teman-temannya yang lain. Begitu seterusnya hingga kata-kata tersebut tersusun secara utuh. Tidak mesti benar. 

  • Yang saya utamakan, semua peserta didik dapat mengutarakan satu kata. Tujuannya, melatih kecepatan berpikir, bekerja sama, saling menghargai, dan keberanian. Apa yang terjadi? Peserta didik secara bersemangat menyiapkan diri untuk melanjutkan kata demi kata hingga membentuk suatu kalimat yang utuh. 

  • Mereka bahkan begitu riang dan menggerakkan tangan secara tidak sadar jika ada yang susah untuk menemukan kata yang tepat. Ingat, pendidik, sebagai motivator. Jika menemukan peserta didik yang tidak mampu, jangan paksakan. Lewati beberapa saat dan Anda kembali ke peserta didik tersebut untuk melanjutkan kata berikutnya.

  • Jika tiba saatnya penilaian harian, saya melakukannya dengan sederhana. Tidak dengan membacakan soal secara beruntun lalu peserta didik menjawab di kertas. Carilah teknik-teknik tertentu. Yang telah saya lakukan adalah menggunakan sistem kuis dalam jaringan. 

  • Sangat banyak aplikasi dalam jaringan yang bisa digunakan. Kali ini, saya memilih kahoot.it. Sebuah aplikasi kuis yang sedehana. Pendidik membuat akun secara jaringan (online) lalu menyusun soal, mengatur waktu, dan menentukan pilihan jawaban yang tepat. 

  • Peserta didik tinggal memasukkan pin yang telah dibagikan oleh pendidik. Apa yang terjadi? Ternyata, peserta didik menikmatinya. Mereka menjawab dengan penuh konsentrasi. Tidak ada sontek menyontek antara mereka padahal saya tidak pernah melarang. 

  • Buku teks dan buku catatan di atas meja pun tidak pernah mereka buka karena waktu untuk menjawab soal sangat singkat. Bahkan ada soal yang saya hanya berikan waktu 10 detik. "menegangkan", "seru", "kalau bisa, begini terus saja pak". Ini adalah beberapa komentar spontan dari peserta didik. 

  • Ingat, tujuan penilaian tetap tercapai. Sederhana bukan.

  • Balon jodoh. Apa itu? Silakan dibaca. He..he.. peserta didik saya tugaskan untuk membawa balon udara. Satu peserta didik satu balon udara. Saya telah menyiapkan sejumlah soal dan jawaban sesuai dengan jumlah peserta didik. Ada yang mendapatkan kertas soal dan ada yang mendapatkan kertas jawaban. 

  • Kertas-kertas tersebut saya bagikan (sebelumnya telah digulung dengan rapi), lalu mereka memasukkannya ke dalam balon dan meniupnya hingga mengembang dengan sempurna. Balon-balon tersebut akan mereka terbangkan di dalam kelas sesuai dengan instruksi dari pendidik. 

  • Jika waktunya selesai, setiap peserta didik mesti memegang balon dan meletuskannya (tanpa bantuan alat) hingga menemukan kertas di dalamnya. Jika yang ditemukan adalah kertas soal, maka dia wajib mencari jawaban dari teman-temannya. Seru  bukan. 

  • Sederhana. Apa yang terjadi? Peserta didik akan antusias mencari "jodoh". Ada yang tidak berhasil hingga waktu yang ditentukan. Ada juga peserta didik yang salah pasangan. Berikan penguatan dengan cara menampilkan soal dan jawaban melalui layar LCD. Silakan praktikkan.

  • Jika saya mengajar pada jam-jam akhir, pukul 13.00 s.d. 15.45 Wita, pembelajaran akan saya mulai dengan lebih rileks. Seluruh peserta didik berdiri dan berbaris. Pembelajaran saya mulai dengan pijatan sederhana. Mendengar aba-aba dari pendidik. Pendidik pun ikut terlibat. Aba-abanya, "hujan rintik-rintik" (peserta didik memijat temannya dengan menggunakan ujung jari) secara pelan. 

  • "Rintiknya semakin deras dan semakin deras". "hujannya berubah menjadi hujan batu". Peserta didik memijat dengan cara memukulkan tangan terkepal ke pundak temannya. "Hujan batunya menyeluruh". Tangan yang terkepal pun dipukulkan ke badan bagian belakang temannya. Secara menyeluruh dan perlahan. Bagaimana hasilnya? Ada yang merasa nyaman, ada yang geli, ada yang meolak karena tidak tahan dengan geli. Hal tersebut dapat Bapak Ibu variasikan sesuai dengan kebutuhan.

Inilah sementara praktik mengajar yang saya lakukan hingga pekan kedua pembelajaran. Teruslah berbagi sehingga pembelajaran aktif dan menyenangkan yang kita angan-angankan bersama dapat menjadi nyata. Selamat beraktivitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun