Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berteman dengan Kematian

1 Agustus 2019   08:49 Diperbarui: 1 Agustus 2019   13:03 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati. Semua kematian akan terjadi pada makhluk hidup. Akan tetapi, antara makhluk hidup yang satu terdapat perbedaan dengan makhluk hidup yang lain. Jika yang mati itu adalah tumbuhan, maka cukuplah dia dicabut atau ditebang. Selesai sudah riwayatnya. 

Tumbuhan tidak akan lagi dicerita pasca kematiannya. Pun dengan binatang. Jika dia adalah binatang peliharaan, pemiliknya akan bersedih beberapa hari lalu menggantinya dengan binatang  peliharaan yang lain.

Beda halnya dengan manusia. Manusia yang mati sudah dipilihkan kata yang lebih lembut untuknya. Ada yang mati lalu disebut meninggal. Yang lain disebut wafat. 

Ada juga yang dilabeli dengan mangkat, gugur, dan lainnya. Semua nama-nama tersebut disesuaikan dengan status manusia semenjak dia hidup di permukaan bumi ini.

Kematian yang akan terjadi pada setiap orang tidak boleh kita takuti. Bahkan, kita mesti menjadikannya sebagai teman. Teman setia malah. Lebih tepatnya jika disebut sahabat. 

Kematian akan mengikuti kita ke mana saja kita pergi. Tidak ada seorang pun yang tahu, kapan sahabat terdekatnya akan menjemputnya. Membawa ke alam yang lain. Membawa ke alam yang nyata.

Seorang sahabat nabi, Abu Dzar, pernah ditanya tentang kematian. "Wahai Abu Dzar, kenapa kami takut mati?"

Abu Dzar menjawab, "Karena kalian memakmurkan (bangunan) di dunia dan meruntuhkan (bangunan) kalian di akhirat. Bagaimana kalian akan senang untuk berpindah dari (bangunan) yang makmur menuju (bangunan) yang runtuh?"

"Bagaimana pandanganmu tentang pertemuan kita dengan Allah?" tanya lelaki itu. "Adapun seorang yang berbuat baik maka ia seperti orang hilang yang kembali kepada keluarganya. Sementara orang yang berbuat buruk maka ia seperti budak yang kabur kemudian dikembalikan kepada majikannya." jawabnya.

Jawaban yang sangat cerdas dan menggugah dari seorang sahabat Rasulullah Muhammad Saw. yang senantiasa mendampingi nabi di hampir seluruh peperangan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Kita mesti paham bahwa kematian sebenarnya adalah kawan yang terbaik yang telah hadir dan menemani kita sejak lahir. Dia akan tetap setia bersama dengan kawannya, kita, hingga mengantar ke pintu keabadian.

Di pintu itulah dia akan melambaikan tangan sambal tersenyum ketika sahabat yang diantarnya berada dalam rahmat sang Khalik. Akan tetapi, dia akan tertunduk lesu jika yang diantarnya adalah para pendurhaka yang akan mendapatkan azab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun