Mohon tunggu...
M Ammar Mahardika
M Ammar Mahardika Mohon Tunggu... Insinyur - Service Engineer PT ALTRAK 1978

Lahir di Jakarta 16 Agustus 1996, suka menulis. Akhir-akhir ini membuat prosa seperti puisi atau cerpen. Salam kenal! :)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pragmatisasi Sepakbola: 4-6-0

25 Desember 2010   02:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Jika Anda penggemar sepakbola, pernahkan sebelumnya mendengar formasi ini? Ataukah pernah membayangkannya, tapi belum pernah melihat penerapannya? Jika iya, maka bersiaplah menghadapi era baru dalam persepakbolaan modern ini. Yep, dewasa ini, tujuan sepakbola sekarang sudah “dirampingkan”; hanya mencari kemenangan. Salah satu medianya adalah memodifikasi formasi.

Lalu, apa maksud dari formasi 4-6-0 ini? Pada akhirnya, formasi ini berujung pada keinginan “bermain tanpa striker”. Tujuan utama ini adalah mengakali peraturan “tua dan usang” yang sudah berdiri hampir seabad; menghindari offside, yang selalu merepotkan penyerang murni. Formasi tanpa striker bekerja sebagai berikut;

1.“Penyerang” muncul dari tengah lapangan, dari posisi dan pemain yang tidak diperkirakan;

2.Pemain pertahanan harus memutuskan mengikutinya atau membiarkan mereka lolos, dengan resiko menyediakan ruang bagi mereka.

Paling anyar, formasi ini diterapkan Skotlandia saat bertemu Republik Ceska, 8 Oktober lalu di Praha. Kegagalan Craig Levein, sang peracik, menerapkan maksud asli formasi tanpa penyerang itu—membuat serangan menusuk tak terduga dari lini tengah—dikarenakan kemampuan gelandang yang dibutuhkan formasi tersebut tidak pas. Bahkan, saat melawan Republik Ceska, yang berkesudahan 1-0 untuk tuan rumah, Levein tidak memasang gelandang serang satu pun—Darren Fletcher dan Steven Caldwell menjadi gelandang jangkar. Seperti yang dikutip dari Direktur Teknis UEFA, Andy Roxburgh, mereka harus “seperti enam orang Deco”; tubuh fit, agresif, berbakat secara teknis sehingga tak dibutuhkan strategi baku untuk mengatur mereka. Jadi, dilihat dari komposisi pemain, Skotlandia hanya ingin mencari hasil seri.

Luciano Spaletti (AS Roma pada 2006-2007) dan Sir Alex Ferguson (MU, 2007-2008) adalah pelatih yang cukup sukses menggunakan formasi ini. Berbeda dengan Levein, Spaletti dan Fergie masih menggunakan striker murni dalam formasinya, tapi tidak bekerja seperti biasanya. Spal mengandalkan Totti sendiri di depan—karena saat itu mereka krisis striker—sebagai trequartista alias penyerang lubang, sementara Fergie tetap memasang duet Rooney-Tevez (nama terakhir sekarang di Manchester City) kala itu, namun memberikan sayap, Giggs di kiri dan Ronaldo di kanan, dominasi menyerang, sehingga nama terakhir sukses mencetak 42 gol.

Ya, intinya, formasi 4-6-0 atau semacamnya diciptakan untuk memberikan kebebasan berkreasi kepada gelandang. Namun secara harfiah penemuan taktik ini menghilangkan esensi bersepakbola yang seharusnya indah dan menawan. Sebuah tim akan berorientasi semakin bertahan dan hanya mementingkan tim (hasil pertandingan), bukan penonton (keindahan permainan). Implementasi taktik yang gagal hanya membuat pragmatisasi sepakbola semakin meluas dan menghawatirkan.

(referensi: Majalah World Soccer Desember 2010)

MAM,

25 Desember 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun