Mohon tunggu...
AMIR EL HUDA
AMIR EL HUDA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Laki-laki biasa (saja)

Media: 1. Email: bangamir685@gmail.com 2. Fb: Amir El Huda 3. Youtube: s https://www.youtube.com/channel/UCOtz3_2NuSgtcfAMuyyWmuA 4. Ig: @amirelhuda

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Miris, Tempat Wisata Edukasi Jadi Tempat Pembuangan Akhir (Lagi)

10 Agustus 2019   17:27 Diperbarui: 10 Agustus 2019   22:50 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Onggokan Sampah di bekas tempat wisata | Dokumentasi Amir El Huda, 2019

Sampah plastik susah diurai oleh tanah | Dokumentasi Amir El Huda, 2019
Sampah plastik susah diurai oleh tanah | Dokumentasi Amir El Huda, 2019
Sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari kita umumnya dihasilkan dari bungkus dan kemasan sekali pakai. Coba kita berhitung, ketika pergi berbelaja betapa banyaknya plastik yang kita bawa pulang.

Beli cabai, bawang, buah, sayur, dan bumbu, sudah menghasilkan lima plastik. Semuanya lalu dibungkus bersama di dalam satu plastik besar, bertambah satu lagi plastik. Beli daging, dibungkus plastik. Mampir toko beli baju, parfum, mie instan, susu kemasan, gula, dan garam, semuanya dibungkus plastik.

Karena lelah, mampir Beli es jeruk, diminum dengan sedotan plastik. Masuk mobil, ada parfum yang dibungkus plastik, lalu minum air mineral berkemasan plastik. Karena lapar beli bakso, dibungkus plastik. Sambalnya dan mienya disendirikan, masing-masing dibungkus plastik. Sudah berapa sampah plastik kita hasilkan ? Banyak sekali tentunya.

Dan lagi-lagi syukurlah ketika itu semua tidak dibuang ke sungai, atau ke tempat tempat yang tidak semestinya.

Gaya hidup bebas sampah adalah upaya untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA dan tempat daur ulang sampah. Sebenarnya kita bisa berbelanja tanpa membawa calon sampah plastik baru ke rumah, jika berangkat dengan membawa wadah.

Toh sebenarnya plastik yang sudah ada pun masih bisa dibersihkan dan digunakan kembali. Kelihatannya sulit, padahal mudah. Karena kita terlanjur terbiasa menerima wadah dari penjualnya.

Sampah sedotan plastik pun menjadi masalah bagi planet bumi, padahal minum langsung dari gelas "lebih nikmat" menurut saya, dibandingkan menggunakan sedotan.

Sensasi nikmat minum itu ya ketika bibir bersentuhan langsung dengan bibir gelas dan merasakan perlahan aliran air menyegarkan tenggorokan. Ini kembali lagi soal kebiasaan.

Namun, adakah yang pernah mencoba menikmati kopi panas di pagi hari dengan sedotan? Saya rasa akan terasa lucu dan tidak nikmat. Karena tidak terbiasa minum kopi panas menggunakan sedotan.

Pertama kali mencoba konsisten membawa wadah sendiri ketika berbelanja pun saya merasa aneh sendiri. Penjualnya pun merasa kaget karena tidak umum pembeli membawa plastik sendiri.

Namun setelah menjadi kebiasaan, saya justru merasa aneh jika berbelanja tidak membawa wadah sendiri. Ini soal gaya hidup dan kebiasaan sebagai individu yang menginginkan bumi bersih dari sampah plastik. Tidak mungkin akan terwujud bumi yang bebas sampah, jika tidak segera memulainya dari rumah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun