Mohon tunggu...
Tenggang2 Lopi
Tenggang2 Lopi Mohon Tunggu... Buruh - perahu keseimbangan

lahir di desa Samaran. mungkin salah satu tanda bahwa harus berjalan dalam samar, atau samar jika sedang berjalan. entahlah. . . .

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Salah Sendiri Bergantung pada Irama Hidup, bukan Kepada Allah

5 Mei 2021   15:12 Diperbarui: 5 Mei 2021   15:40 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Irama hidup manusia itu ada lapar-kenyang, sedih-gembira, susah-senang, takut-berani, optimis-pesimis, bahkan ada sok di balik prasangka untuk mengenali dirinya. Misalnya ketika dia berprasangka bahwa dirinya baik, maka bentuk menerjemahkan merasa baiknya itu disebut sok baik, karena tanpa ada dasar dan niat dari sumber nilai yang jelas, sesuai fakta informasi.

Zaman modern tidak cukup canggih untuk mengantarkan kita pada hakikat hidup kita sebagai manusia yang lebih esensi dan universal. Sehingga sampai saat ini jiwa masih kebingungan mencari tempat untuk bersandar.

Bersandar pada prasangka akan banyak menyebabkan kita terjerembab. Sebab menurut Mas Sabrang, memang otak itu butuh dan mencari informasi yang lengkap. Jika informasi yang kita dapatkan kurang lengkap, otak akan mencari cara untuk melengkapkan salah satunya caranya dengan menambahkan prasangka informasi. Ada beda jarak antara fakta informasi dan prasangka informasi. Bahayanya jika pola informasi ini terjadi dan digunakan di media sosial, akan berdampak kebingungan kita untuk menyaring mana yang fakta informasi dan mana yang hanya prasangka atau pelengkap dari fakta informasi itu.

Sama bahayanya jika pola itu kita terapkan pada kehidupan diri kita. fakta informasi kehidupan itu segala informasi yang bersumber dari Allah. kehidupan ini semua bersumber dari yang Menciptakan, Allah. tapi ada jarak antara Sumber dan yang diciptakan.

Maka dari jarak transisi ketidaktahuan menuju sumber itu sebisa mungkin kita rangkai dengan fakta informasi.

Terus bagaimana cara menentukan mana yang fakta dan yang hanya prasangka?

Tentu susahnya akan gampang jika kita mau dan bersedia melakukannya. Misalnya jika kita mendapat satu informasi tentang ketenangan, maka untuk menemukan definisi dan maknanya apakah itu fakta atau prasangka kita saja?

Menjadi prasangka jika ketenangan itu kita yang merangkainya dan mencari-carikan alasannya. Misalnya kita bisa tenang jika memiliki banyak uang. Loh masak salah? Tidak juga. Tetapi kita harus kaji dan urai informasi tersebut. Uang itu kan buatan dan kesepatakan manusia sebagai alat tukar. Kenapa kita kok bisa menyandarkan diri kita untuk tenang kepada uang yang juga bikinan kita? oh apa karena kita beranggapan bahwa uang bisa membeli segala yang kita butuhkan.

Kalau itu jawaban logisnya kenapa kita selalu salah langkah untuk hanya sekedar mendapatkan uang. Misalnya kita mencari uang yang berprofesi sebagai pedagang. kita melakukan aktivitas perdagangan dengan sedikit menipu, memanipulasi data atau kualitas dagangan kita dengan seolah-olah baik supaya laris dan terjual habis. Bukankah manusia itu dianugerahi akal dan hati untuk berbuat adil dan baik di setiap langkah yang kita jalani.

Bukankah cara dagang yang seperti itu akan menabrak hakikat hidup kita sebagai manusia. Padahal kalau kita mau bersabar, adil dan baik dalam setiap langkah yang kita jalani, Allah akan membukakan jalan bagi kita untuk meraih keberkahan rezeki dari apa yang kita usahakan.

Sekarang saya akan bertanya lagi di manakah kita akan menyandarkan hidup supaya bisa tenang? Masihkah pada uang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun