Â
Membahagiakan Lansia
  Siapapun lansia mestinya masih berharga bagi keluarganya,namun karena banyak hal sering kita temukan belum mendapat perhatian selayaknya.Hal itu karena lansia yang sudah sakit akan  mengalami berbagai keterbatasan seperti halnya kembali menjadi  balita.
  Pendengaran,mata,ucapan tak lagi jelas,mencukupkan diri harus dibantu ke kamar mandi,makan bahkan komunikasi pun tak mampu lagi tersampaikan kepada orang di sekitarnya.Bagaimana sebaiknya kita lakukan?.
  Jika itu orang tua kita tentu kitalah saatnya untuk meluangkan waktu membantu merawat
tanpa alasan apapun.Tak semua anak mendapatkan kesempatan berbakti kepada orang tua yang demikian.Segala hal yang ada di depan kita hendaknya kita maknai takdir Tuhan yang harus kita terima.
   Jika kita mengingat siapapun  adalah guru,apapun  peristiwa dan dimanapun  tempat adalah sumber belajar,tentulah kita bisa berpikir dan bertindak arif.Barangkali perlulah kita menyimak sebut saja Wika,seorang dokter spesialis internis yang telah sukses  bisa berbagi  pada  para lansia.
   Di sela istirahatnya ,ia teringat bagaimana perjuangan orang tuanya membiayai sekolah dengan lima bersaudara.Bagaimana dulu ibunya bisa mencukupkan makan kadang hanya telur satu  bisa dipadu tepung yang banyak,bumbu asin pedas didadar bisa menjadi sewajan,ini sudah  menjadi menu yang nikmat dengan nasi tiwul yang dicampur nasi dari  beras yang jarang-jarang saja.Â
   Ibunya dengan susah payah menghidupi keluarga,belum sempat berbalas budi mereka telah dipanggil Tuhan di saat Wika menyelesaikan tugas akhir.Ayahnya bahkan saat baru mau kuliah,sudah sangat bahagia mendengar Wika diterima di FK dengan zero biaya.
  Tak lagi punya orang tua kemudian teringat pada guru-gurunya yang tak kalah berjuang seperti halnya orang tuanya.Guru saat itu  mengajar dengan bersepeda yang berkarat disana-sini,kalaupun toh ada beberapa yang bermotor acapkali mogok,karena busi,ban bocor atau kehabisan bensin.
   Bacaan sekolah pun demikian minim,koran hanya satu yang  datang ke sekolah,menjadi rebutan,antri untuk membaca.Setiap senin adalah hari indah menjadi keasyikan tersendiri telah hadir setumpuk koran.Tentu saja bagi,bapak ibu guru  membaca dulu,barulah .esoknya murid yang mendapat nomor antrian yang boleh membaca.