Mohon tunggu...
Amien Laely
Amien Laely Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai informasi terkini, kesehatan, karya sendiri, religiusitas, Indonesia, sejarah, tanaman, dll

Tak ada yang abadi. Semua akan basi. Sebelum waktu disudahi. Musti ditanya seberapa banyak telah mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Sejarah pada Uang Rp10.000

18 Juli 2019   14:27 Diperbarui: 18 Juli 2019   18:27 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepuluh ribu rupiah adalah jumlah yang tidak terlalu besar. Uang senilai itu hanya bisa untuk membeli satu porsi makan sederhana. Di kebanyakan kota besar Indonesia bahkan uang sebesar itu tidak cukup untuk membeli satu porsi makan siang.

Di lembar uang kertas pecahan sepuluh ribu itu Negara telah mengabadikan simbol besar sejarah bangsa Indonesia, yaitu rumah adat Palembang yang disebut Rumah Bari, yang adalah Rumah Adat Sumatera Selatan. 

Dengan mengangkat tema Rumah Bari, Palembang, bangsa Indonesia bisa selalu mengenang tentang Palembang, baik Kesultanan Palembang, maupun Kekaisaran Sriwijaya. Kata "bari" konon adalah bahasa Palembang kuno yang artinya lama atau kuno. 

Palembang Kota Bari, demikian Wong Kito mempromosikan kotanya, yang berarti adalah Palembang Kota Kuno. Mungkin dimaksudkan karena sejak jaman Sriwijaya di abad ke-7 Masehi, Palembang sudah menjadi pusat keramaian di muka bumi.

Saya tanpa sengaja berkesempatan mengunjungi Rumah Bari, Palembang yang diabadikan di uang Rp10.000,- tersebut, beberapa waktu lalu, tepatnya di medio Maret 2019. Saya menyebutnya tanpa sengaja, karena kedatangan saya ke sana awalnya tanpa tujuan untuk menyaksikan warisan budaya tersebut, semata-mata karena saya hanya ikut rombongan teman-teman Palembang, waktu itu. Dibawa ke manapun kami ikut saja. 

Di luar dugaan, ternyata salah satu objek wisata yang kami tuju sangatlah bersejarah dan monumental, Rumah Bari. Serasa dapat durian runtuh dan telah dikupas, jadi tinggal melahap saja, dan durian Palembang adalah salah satu durian paling lezat di Indonesia, terutama durian Komering. Sama juga duku Komering pun demikian.... :)

Warisan Budaya Rumah Bari Palembang tersebut berada di Museum Balaputra Dewa, di Jalan Srijaya I No.28, Palembang, Sumatera Selatan. Penempatan Rumah Bari di Museum Balaputra Dewa sangat tepat karena hal tersebut merangkum sejarah Palembang dari masa ke masa.

Maharaja Balaputra Dewa dari Sriwijaya
Balaputra, sebagaimana disampaikan P.M. Munoz, seorang sejarawan asal Perancis yang konsen pada sejarah Asia Tenggara, adalah nama salah satu Maharaja Sriwijaya yang bahkan namanya tertulis di prasasti Nalanda (dikenal dengan Tabel Nalanda) di Bengali, India. Prasasti tersebut berangka tahun jika di-masehi-kan, 860 M.

Balaputra adalah anak bungsu Samaratungga (792-835), yang adalah Maharaja Sriwijaya sebelum Balaputra. Samaratungga pula yang membangun Candi Borobudur di Magelang sekarang. Sriwijaya menjadi salah satu pusat agama Budha dunia pada masanya, sehingga tidak heran Borobudur adalah candi Budha.

Zaman ketika Borobudur dibangun, dan Balaputera masih berada di Jawa Tengah, sebelum nantinya kembali ke Palembang dan kemudian dinobatkan sebagai Maharaja Sriwijaya, adalah zaman sebelum Airlangga naik tahta pada (1010 M). Tentang Airlangga, para sejarawan menyebutkan bahwa dia adalah salah satu bangsawan muda dari keluarga Darmawangsa yang selamat dari pembantaian Wurawari pada 1006 M. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun