Oleh Amidi
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang masih dirasakan sulit bagi sebagian besar anak negeri ini, ditambah adanya kegaduhan yang timbul di negeri ini saat ini, maka wajar kalau anak negeri ini mencari atau membutuhkan hiburan yang bisa sedikit menekan kepenatan, ketegangan, dan keruwetan dalam berpikir.
Jika mendengar berita di media massa di televisi (visual), jika mendengar dialog di televisi (visual) untuk sebagian pemirsa bukan justru menekan kepenatan, tetapi justru akan menambah beban, dan menambah emosi.
Ada pemirsa yang setelah mendengar berita atau dialog justru menambah beban, karena terkadang isi materi yang diberitakan atau isi materi yang didialogkan atau narasi yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena terkadang bukan membantu mencari solusi kesulitan pemirsa tetapi menambah "runyam".
Misalnya pemirsa menginginkan ada solusi tentang lapangan kerja untuk solusi pengangguran tidak muncul. Misalnya pemirsa menginginkan adanya tindakan kejujuran tentang kasus itu justru dikonter dengan pihak yang pro dengan narasi mengambang dan seterusnya.Â
Kondisi Ekonomi dan Kegaduhan.
Kondisi ekonomi yang masih dirasakan sulit ini, secara kasat mata diperlihatkan oleh fenomena yang berkembang saat ini.
Beberapa hari ini anak negeri ini disuguhkan informasi mengenai adanya Rojali dan Rohana di Mal-Mal atau pusat perbelanjaan, yang mengindikasikan bahwa pengunjung Mal sedang kesulitan ekonomi, sehingga mereka di satu sisi membutuhkan hiburan (wisata belanja) di sisi lain tidak memiliki uang yang cukup, sehingga mereka hanya jalan-jalan, hanya nanya-nanya tidak membeli.
Belum lagi adanya fenomena tidak sedikit anak negeri ini yang sudah "makan tabungan", karena di PHK atau karena tidak mempunyai pendapatan lagi yang mulai berlangsung pasca pandemi sampai saat ini. Indikasi ini terlihat pula oleh adanya anak negeri ini yang tergolong kelas ekonomi bawah yang masuk dalam kategori miskin.
Fenomena ekonomi tersebut, diperparah pula oleh adanya kondisi gaduh atau kegaduhan saat ini, adanya tuntutan sosial atas peristiwa ini dan itu, adanya tuntutan kejujuran atas kasus ini dan itu, adanya tuntutan pengadilan yang cepat atas kejahatan kerah putih ini dan itu, adanya tuntutan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, adanya peristiwa "menghantui" anak mereka sebagai ekses program ini dan itu, adanya tuntutan menagih janji kepada calon pada saat kampanye (janji program) pada saat pemilu dan masih banyak lagi tuntutan anak negeri ini yang kesemuanya akan menciptakan "kepenatan berpikir".
Belum lagi masih dirasakan sulitnya mencari kerja bagi angkatan kerja yang setiap tahun terus bertambah jumlahnya. Sehingga, tidak sedikit anak negeri ini putus asa dengan kondisi yang ada, untung saja ada sektor informal sebagai penyelamat mereka.