Mohon tunggu...
Amelia P
Amelia P Mohon Tunggu... Pelajar

Semoga membantu!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alat Musik Gedogan, Penghubung Antar Generasi dalam Kehidupan Masyarakat Osing

9 Maret 2025   19:06 Diperbarui: 9 Maret 2025   19:46 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

oleh : Amelia Putri Ramadhani Santoso

Musik merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita (W.S. Rendra, 2009). Setiap daerah memiliki gaya musik tertentu yang mencerminkan adat dan budaya. Salah satunya adalah musik tradisional gedogan dari Desa Kemiren di Banyuwangi, yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Suku Osing. Alat musik gedogan berbentuk menyerupai lesung kayu dengan alu sebagai alat pemukulnya, menghasilkan irama yang sangat khas. Sumber bunyi alat musik gedogan berasal dari alat musik itu sendiri, yaitu dari lesung dan alu yang dipukul. Umumnya, musik gedogan dimainkan oleh perempuan. Namun, musik ini dipelajari secara turun-temurun dari anak-anak hingga remaja dan dewasa.  Hal itu menunjukkan bentuk cinta mereka terhadap seni dan budaya yang dimiliki oleh Desa Kemiren.

Menurut pendapat saya, alat musik gedogan merupakan warisan penting yang memberikan nilai di mana diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Alat musik gedogan yang sudah ada dapat disesuaikan dengan gaya modern dan dapat menarik wisatawan yang ingin mengenal budaya Osing. Oleh karena itu, alat musik gedogan tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga menjadi aset budaya yang berharga dari Banyuwangi.

Dalam upacara adat, gedogan digunakan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan nilai-nilai luhur, sejarah, dan adat istiadat kepada generasi muda. Musik ini sering dimainkan dalam acara pernikahan hingga ritual panen raya, dengan para pemainnya menyanyikan lagu berisi nasihat dan pesan moral. Melalui permainan gedogan, generasi muda tidak hanya diajak untuk memahami musik tradisional, tetapi juga untuk mengenali filosofi yang ada di dalamnya.

Keterlibatan generasi muda dalam menjaga kelestarian gedogan memiliki peran penting dalam mempertahankan warisan budaya Osing agar tetap ada dan berkembang. Tanpa adanya peran aktif dari anak-anak dan remaja, alat musik tradisional ini berisiko tergeser oleh modernisasi. Oleh karena itu, komunitas adat Osing di Banyuwangi mendirikan Sekolah Adat Osing "Pesinauan" yang berlokasi di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi untuk menjaga kelestarian budaya Osing di tengah perkembangan zaman. Dengan demikian, mereka tidak sekadar menguasai keterampilan bermusik, tetapi juga memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur mereka. Generasi muda yang aktif belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya tidak hanya memastikan bahwa warisan ini tetap hidup, tetapi juga berperan dalam memperkenalkannya kepada masyarakat yang lebih luas.

Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi gedogan mulai dilakukan untuk menarik perhatian wisatawan dan generasi muda seperti memadukan gedogan dengan alat musik modern agar suaranya lebih bervariasi dan sesuai dengan selera masyarakat saat ini. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan alat musik tradisional ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat setempat, tetapi juga diminati oleh masyarakat luas, baik lokal maupun mancanegara. Pada 3 Juni 2014, sebanyak 14 atase pertahanan dari berbagai negara sahabat berkunjung ke Banyuwangi, tepatnya di Desa Adat Kemiren. Mereka disambut dengan pentas seni yang memadukan gedogan dan biola gandrung. Harmoni yang dihasilkan menciptakan suasana yang khas, di mana unsur tradisional tetap dipertahankan namun disajikan dengan nuansa baru yang lebih segar dan menarik. Musik tradisional bukan sesuatu yang statis, tetapi harus terus bergerak mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan identitasnya (Rahayu Supanggah, 1949). Selain itu, di festival budaya "Ngopi Sepuluh Ewu" wisatawan ditampilkan pertunjukan musik tradisional yang menghadirkan gedogan sebagai alat musik utama. Suasana desa yang hangat diiringi alunan musik khas Osing membuat pengalaman ini semakin berkesan bagi para pengunjung. Atase Pertahanan Vietnam Col. Phung Qung Tao mengapresiasi atraksi kesenian dari Banyuwangi, terutama gedogan yang menghasilkan musik dari kayu-kayu penumbuk padi. Seiring berjalannya waktu, dengan berbagai upaya modernisasi tersebut, gedogan semakin dikenal dan diharapkan terus menjadi bagian dari identitas budaya Banyuwangi yang tetap lestari.

Maka dari itu, musik gedogan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya dan pembelajaran bagi generasi muda. Keberadaan Sekolah Adat Osing serta inovasi dalam pementasan gedogan menunjukkan bahwa tradisi ini tetap relevan di era modern, menjadikan gedogan sebagai penunjang ekonomi kreatif karena banyak seniman mulai berinovasi dengan bentuk-bentuk musik yang mampu menarik minat masyarakat untuk lebih mengenal budaya Osing. Ekonomi kreatif adalah masa depan ekonomi dunia dan inovasi dalam seni dan budaya dapat menjadi kekuatan ekonomi yang besar (John Howkins, 2001). Gedogan cukup menjanjikan sebagai salah satu aset berharga bagi Banyuwangi karena menjadi bagian dari tradisi masyarakat dan memiliki nilai seni serta ekonomi yang tinggi. Sebagai alat musik tradisional, gedogan tetap setia pada tradisi dan mampu mencerminkan kekayaan budaya daerah yang berbeda dan unik dibandingkan dengan daerah lain. Dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan generasi muda sangat penting agar alat musik ini tidak tergeser oleh perkembangan zaman. Dengan terus dilestarikan dan dikembangkan, gedogan mampu menjaga identitas budaya Banyuwangi dan menjadi salah satu kekuatan penopang pertumbuhan ekonomi hingga promosi budaya daerah ke tingkat nasional maupun internasional.

Daftar Pustaka :

Ira Rachmawati (2014) 14 Atase Pertahanan Mengunjungi Banyuwangi

Lucky R (2015) Kesenian Gedogan Khas Banyuwangi

Julista Ratna Sari (2016) Gedogan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun