Mohon tunggu...
Amelia Agustina
Amelia Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - amel

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Yuk Kenali Apa Itu ADHD dan Perbedaannya dengan Autisme

14 Juni 2021   19:54 Diperbarui: 14 Juni 2021   20:09 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebelum kita bicara mengenai ADHD alangkah lebih baiknya kita menyamakan persepsi kita bahwa pada dasarnya stigma umum yang ada adalah ADHD itu sama dengan anak yang mengalami autisme, sedangkan terdapat perbedaan yang cukup besar di antara ADHD dan autisme, salah satunya adalah ADHD lebih berimbas pada cara seseorang bertumbuh dan berkembang, sedangkan autisme merupakan sebuah kompleksitas gangguan pada otak yang nantinya akan mempengaruhi cara berbahasa,berinteraksi dan kemampuan pada belajar.

Selanjutnya kita bahas mengenai apa itu ADHD? ADHD merupakan akronim dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia adalah Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sendiri merupakan sebuah gangguan maupun kerusakan pada otak seseorang atau kelainan pada aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif yang bersifat kompleks. Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab biologis dari ADHD. 

Faktor-faktor risiko pada saat kelahiran yang diduga terkait dengan ADHD adalah kelahiran yang prematur, berat lahir yang sangat rendah, dan luka atau trauma saat kelahiran. Luka pada otak setelah kelahiran juga ditemukan berkaitan dengan ADHD. Kemudian beberapa ahli menemukan bahwa area-area tertentu pada otak anak ADHD, ukurannya lebih kecil dan aktivitasnya lebih sedikit sebanyak 5-10% dibandingkan area normal. Ditemukan pula kaitan antara ADHD dengan zat-zat kimia yang terdapat dalam sel otak. 

Selain itu, penderita ADHD juga diketahui mempunyai kerusakan pada korteks prefrontal. Pada anak ADHD, area di otak yang mengontrol atensi hanya menggunakan sedikit glukosa, mengindikasikan bahwa aktivitas di beberapa area otaknya juga sedikit. Rendahnya tingkat aktivitas di beberapa area otak ini menyebabkan anak kurang dapat memusatkan perhatian pada suatu hal. 

ADHD sendiri pada dasarnya dibagi menjadi tiga kategori, yang pertama adalah kekurangan perhatian (inattention), hiperaktif (hyperactivity), dan impulsif (impulsive). Kategori pertama yaitu adalah Inattention dimana bahwa penderita ADHD secara tidak sadar kehilangan kemampuannya untuk berkonsentrasi pada suatu hal, contohnya adalah mudah kehilangan fokus dan konsentrasi ketika sedang melakukan suatu hal, tidak dapat berkonsentrasi saat diajak berbicara dan tidak menutup kemungkinan bahwa penderita malah sama sekali tidak mendengarkan orang lain yang sedang berbicara kepadanya, dan sering kali mudah teralihkan. 

Hyperactivity (hiperaktif) merupakan kategori ADHD yang kedua, dimana penderita cenderung tidak bisa diam dan selalu ingin bergerak secara terus menerus, pada penderita kesulitan untuk merasakan ketenangan ketika sedang melakukan suatu aktivitas, banyak bicara serta tidak dapat melakukan aktivitas yang monoton. Lalu ada impulsif yang merupakan kategori terakhir dari penderita ADHD, dimana penderita kehilangan kontrol atas apa yang sedang dilakukan. 

Sesuai namanya Impulsif, dimana penderita cenderung melakukan atau bersikap terhadap suatu hal tanpa memikirkannya terlebih dahulu, penderita memiliki rasa spontanitas yang tinggi dalam bertindak maupun mengambil keputusan. 

Penderita pun cenderung tidak memiliki kesabaran dalam menunggu maupun melakukan suatu hal, ketika berbicara pun penderita cenderung menjawab bahkan sebelum pertanyaan selesai dilontarkan. Berikut tadi merupakan ketiga jenis kategori pada penderita ADHD. Namun harus diingat lagi bahwa tidak semua orang yang memiliki gejala tersebut bisa dipastikan pengidap ADHD dan jangan pernah melakukan diagnosa terhadap sendiri, konsultasi kepada ahlinya untuk melakukan diagnosis.

Meskipun ada obat untuk penderita ADHD, ada sejumlah pilihan pengobatan yang telah terbukti efektif bagi beberapa anak diantaranya yaitu, pendekatan perilaku, farmakologi, dan metode multimodal. Adanya suatu proses penyembuhan ragam penyakit mental, spiritual, atau jasmani yang dibimbing menggunakan al-qur'an dan sunnah rasul, malaikat-malaikat-Nya atau Waritsul Anbiya' sering disebut sebagai psikoterapi islami. Menurut Isep Zainal Arifin, perawatan yang disebut dengan istilah istishfa. 

Kata istishfa digunakan oleh M. Abdul Aziz Al-Khalidiy dalam kitabnya yang berjudul "al-Istishfa bi al-Qur'an". Kata Shifa' di antaranya terdapat dalam Q.S. Yunus ayat 57, yang artinya: "Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin)."

Sholat juga dapat menyembuhkan ADHD secara bertahap dan khusyuk. Djamaluddin Ancok mengungkapkan empat aspek besar yang termasuk terapi diantaranya yaitu: olahraga pada gerakan sholat menunjukkan aktivitas fisik selain itu otot menimbulkan proses relaksasi, meditasi, autosugesti, perkumpulan bersama komunitas. Doa-doa dan puji-pujian dalam sholat adalah aspek penunjang autosugesti. Berdoa yaitu menumpahkan harapan yang mempunyai makna yang baik agar terkabulnya dampak yang baik untuk dirinya sendiri. Aspek ini memberikan sugesti pada pribadi agar berbuat baik kepada diri sendiri, tuhannya, dan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun