Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Tersimpan Banyak Cerita di Mobil Pertamaku, Toyota Corona Absolute

24 Juli 2017   12:06 Diperbarui: 1 Agustus 2017   13:51 3270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Begitu mas sopir pulang, si kakak ketularan temannya di sekolah, sakit mata yang paraaah banget. Pahitnya, saya dan adiknya ketularan sampai mata kami bengkak seperti kena tinju dan pandangan menjadi blur. Karena penyebabnya virus, saya dilarang masuk kantor. Sayang, adik menderita diare akut. Muntah-muntah dan buang air besar berkali-kali. Saya panik sekali melihatnya pucat kurang cairan. Jarak dari cluster ke jalan raya jauh,..dan telepon taksi tak ada yang mengangkat. Akhirnya nekat saja bawa mobil sendiri ke sebuah rumah sakit besar di Bandung.

Di jalan kendaraan padat sekali. Sambil memperhatikan adek yang sudah lemas dan lunglai, dan si kakak yang duduk di belakang, saya memicingkan mata supaya pandangan lebih jelas. Jangan sampai mengakibatkan tabrakan. Tibalah kami di rumah sakit dengan selamat. Tapi parkir luar sudah habis, terpaksa saya masuk parkir dalam. 

Rasanya pingin nangis kenceng. Mana jarak antar kendaraan sangat dekat. Tiap kali naik tanjakan dan dalam antrian.... saya grogi setengah mati, takut mobil mundur mengenail mobil lain.  Lantai 1 ..setelah puter-puter penuh. Lantai 2 juga...sampai akhirnya di lantai 3 dengan pandangan kabur dan susah payah bisa juga dapat parkir. Rasanya pingin nangis saking leganya. Setengah berlari bawa adik ke klinik anak.

Di lain waktu, saking sedihnya saya naik mobil sendiri keliling Bandung malam-malam sendiri sepi ke Bukit Cinta untuk menenangkan diri. Dengan mobil Corona itu juga tiap week end saya gantikan peran ayahnya, membawa anak-anak jalan-jalan meski hanya sekedar naik kuda di daerah kampus ITB Taman Sari, ke taman lalu lintas Ade Irma, beli yoghurt Cisangkuy atau belanja kebutuhan bulanan. Mereka sudah senang sekali. Tahu bahwa keadaan sudah berubah.  Baik adek maupun Kakak, tanpa diminta sudah sangat pengertian. 

Dengan mobil itu juga, saya jemput ayahnya anak-anak ke Bandara Cengkareng dari Bandung pukul 01.00 pagi sendiri, saat ia ingin pulang ke rumah kami secara diam-diam tanpa ketahuan orang yang dipanggilnya ustadz dengan penuh takzim. Orang yang mengatasnamakan agama untuk mengeksploitasi orang lain. Wajahnya yang lelah dan tanpa ekspresi tertidur pulas sambil memegang tanganku yang memegang persneling gigi. Sementara saya menyetir sambil berlelehan air mata. Karena mengalami sendiri, saya sangat paham kenapa orang sampai mau bawa bom, melukai orang, melupakan anak istri, karena jiwa dan akalnya sudah dipasung entah dengan ilmu apa.

Dengan mobil itu juga, saya bawa dia ke UGD tengah malam karena ia berteriak-teriak kesakitan , sakit perut yang dari hasil diagnosa dokter disebabkan perlengketan usus yang membuatnya harus berada di UGD jika tak hilang rasa sakitnya, ia harus menjalani operasi. Syukurlah sakitnya menghilang, dan menghilang pula ayah anak-anak saya tanpa pamit sesudah itu.

Mobil Toyota Corona absolute itu adalah saksi seluruh kisah sedih selama bertahun-tahun yang pernah saya alami. Di mobil itu pula, tiap kali sedih, saya pasang musik kencang-kencang sambil menangis diam-diam agar anak-anak tidak tahu. Dan mobil ini sepertinya tahu, kalau yang bawa ibu-ibu yang dananya limited edition. Ga pernah rusak, ga pernah rewel ga pernah nyusahin, padahal kalao isi bensin sering dibawah setengah hehe.... Pokoknya mobil ini seperti jadi teman hidup saya. Justru pakai mobil ini tak pernah kepentok-pentok, tak pernah nabrak, dan bodinya tebal sekali, karena masih produksi lama. Kalau buat perjalanan jauh juga nyaman karena ruangya yang luas sehingga anak-anak bisa tidur berdua di belakang dan bagasinya luas untuk nagkut-angkut barang. 

Itu kenanganku tentang Toyota Corona Absolute 2.0. Sayang setelah itu,..edisinya tak diperpanjang lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun