Mohon tunggu...
Amanda Veronica
Amanda Veronica Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Malang

Mahasiswa jurusan Pendidikan Ekonomi di Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelaksanaan Pendidikan Karakter Siswa di Jepang yang Patut Dicontoh Indonesia

4 Desember 2022   03:04 Diperbarui: 4 Desember 2022   03:13 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan karakter tentunya sudah bukan lagi hal yang jarang dibicarakan oleh masyarakat, karena pendidikan karakter sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang menjadi kepribadian yang baik melalui pendidikan karakter.

Sesuai dengan Undang Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara". 

Menurut Amin (2015:5), pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk membangun atau membentuk kepribadian yang khas dari peserta didik yakni kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas, kepedulian, bertanggung jawab, kerja keras, pantang menyerah, tanggap, percaya diri, suka menolong, cinta tanah air, amanah, disiplin, toleransi, taat, dan lain-lain yang tentunya perilaku yang berakhlak mulia. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pembentukan sifat dan kepribadian seseorang dengan cara mengikuti Pendidikan karakter yang meliputi budi pekerti, sopan santun, disiplin, bertanggung jawab, jujur, memiliki tingkah laku yang baik, dan lain sebagainya.

Pelaksanaan pendidikan karakter ini dapat dilakukan sejak usia dini seperti pendidikan karakter di Jepang. Sejak tahun 1970, Jepang telah menciptakan dan memngembangkan kurikulum berbasis karakter yang mulai ditanamkan kepada siswa sejak Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, karena pendidikan usia dini dan pendidikan dasar merupakan masa yang tepat untuk menanamkan pendidikan karakter. Selain itu, di Jepang pendidikan karakter tidak hanya dilakukan oleh sekolah saja, akan tetapi juga dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar ikut bertanggung jawab atas pembentukan karakter tersebut.

Pendidikan karakter di Jepang ditanamkan melalui pendidikan moral atau dapat disebut juga dengan doutoku-kyouiku. Doutoku-kyoiku berasal dari kata (doutoku) yang berarti moral, dan kata (kyouiku) yang berarti pendidikan. Doutoku-kyouiku merupakan pembelajaran moral yang diberikan kepada siswa melalui sekolah, yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga setingkat Sekolah Menengah Atas. Melalui doutoku-kyoiku ini lah tercipta karakter bangsa Jepang yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki ciri khas dengan karakter disiplin, ulet, jujur, pekerja keras, bertoleransi tinggi, dan sebagainya. 

Doutoku-kyoiku ini diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dan tak terpisahkan dalam mata pelajaran. Berbeda dengan di Indonesia, pendidikan moral ini diajarkan tidak hanya sebatas teori saja, melainkan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu menurut Mulyadi (2014), pendidikan moral atau doutoku-kyoiku dibagi menjadi empat aspek, yaitu sebagai berikut:

  • Regarding self, meliputi: moderation (pengerjaan mandiri), diligence (bekerja keras secara mandiri), courage (pengejaan sesuatu secara benar dengan keberanian), sincerity (bekerja dengan ketulusan), freedom and order (nilai kebebasan dan kedisiplinan), self-improvement (pemahaman terhadap diri sendiri), love for truth (mencintai dan mencari kebenaran).
  • Relation to others, meliputi: courtesy (pemahaman terhadap tata sopan santun), consideration and kindness (memperhatikan kepentingan orang lain, baik hati, dan empati), friendship (memahami, dan menolong orang lain), thank and respect (menghargai dan menghormati orang-orang yang telah berjasa kepada kita), modesty (menghargai orang lain yang berbeda ide dan status).
  • Relation to the nature and the sublime, meliputi: respect for nature (mengenal dan cinta alam), respect for life (menghargai kehidupan dan makhluk hidup), esthetic sensitivity (memiliki sensitivitas estetika dan perasaan), nobility (mempercayai kekuatan serta menemukan kebahagiaan sebagai manusia).
  • Relation to group and society, meliputi: public duty (menjaga janji dan menjalankan kewajiban dalam masyarakat), justice (jujur dan tak berpihak tanpa diskriminasi, prejudice dan keadilan), group participation and responsibility (keinginan untuk berpartisipasi sebagai grup, menyadari perannya dengan bekerja sama), industry (memahami makna bekerja keras, dan keinginan untuk bekerja), respect for family members (mencintai dan menghormati guru dan orang di sekolah dan kampus), contribution to society (menyadari kedudukannya dalam masyarakat setempat), respect for tradition and love of nation (tertarik kepada budaya dan tradisi bangsa, mencintai bangsa), respect for other culture (menghargai budaya asing dan manusianya).

Dari penjelasan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penting sekali pendidikan karakter yang memiliki peran untuk masa pertumbuhan dan perkembangan untuk siswa sejak usia dini. Tidak hanya di Jepang, akan tetapi di Indonesia seharusnya juga bisa melaksanakan pendidikan karakter yang dilandaskan pada Pancasila yang memiliki ciri khas tersendiri daripada negara lain. 

Maka dengan demikian pemeritah dapat memberikan kebijakan dan juga mengembangkan pendidikan karakter yang ada di Indonesia, agar bangsa Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia yang berkarakter, berkepribadian baik dan berbudi pekerti luhur untuk memajukan negara Indonesia menjadi lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun