Mohon tunggu...
Amanda Alfi Fala Faustina
Amanda Alfi Fala Faustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembentukan Karakter dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

23 Mei 2022   10:02 Diperbarui: 23 Mei 2022   10:11 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, pembelajaran daring seperti penggunaan media zenius, ruang guru, dan lain sebagainya memang sudah digunakan untuk keperluan pembelajaran di rumah, namun pandemi Covid-19 menyebabkan seluruh sekolah harus melaksanakan kegiatan pembelajaran yang tadinya secara tatap muka menjadi pembelajaran secara daring. Berbagai instruksi dari pemerintah di setiap negara dikeluarkan untuk pelaksanaan daring ini, sehubungan dengan rekomendasi dari WHO (World Health Organization), untuk mengurangi aktivitas yang menimbulkan kerumunan.

Proses pembelajaran daring memanfaatkan kemajuan teknologi seperti teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks online animasi, dan lainnya. Pembelajaran daring dapat dilakukan dimana sajaa, dengan jumlah peserta yang sangat banyak tidak terbatas, dan dapat dilakukan secara gratis maupun berbayar. Proses pembelajaran daring dilakukan dengan dua model yaitu dilakukan dengan model satu arah dan model dua arah.

Pendidikan karakter memanglah penting bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan karakter manusia akan mampu bersifat humanis. Tetapi tidak sedikit pula gejala yang tampak dalam kehidupan sehari-hari yaitu terjadinya atau semakin terkikisnya sifat-sifat kemanusiaan dalam diri manusia, yakni terjadinya proses dehumanisasi yang semakin pesat. Hal ini menjadi perhatian yang sangat besar bagi para pendidik untuk mensukseskan pendidikan karakter bagi peserta didik. Pembelajaran atau pendidikan karakter dapat terintegrasi melalui berbagai macam program dan kultur sekolah yang kondusif mampu menghadirkan nilai-nilai pada diri peserta didik. Kegagalan pendidikan dalam membentuk manusia berkarakter salah satunya karena kurang adanya keseimbangan pengembangan antara programmed curriculum (kurikulum terprogram) dengan hidden curriculum (Kurikulum tersembunyi).

Pembentukan karakter mempunyai orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak, seorang pendidik paling bertanggung jawab dalam membimbing dan membina akhlak peserta didik. Pendidik sejak dini memberikan keteladanan kepada mereka, sehingga mereka dapat membiasakan menghormati orangtuanya, keluarga implementasi pendidikan, guru serta teman-temannya.

Dalam upaya membentuk siswa berkarakter, maka pendidik perlu membimbing peserta didik dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangatlah luas sehingga tidak mungkin itu hanya menjadi tanggung jawab pendidik saja. Oleh karena itu, timbul gagasan tentang pentingnya hidden curriculum dalam pendidikan karakter yang tidak secara jelas ditulis dalam kurikulum. ini beranggapan bahwa seluruh kegiatan pendidik, orang tua, masyarakat dan negara diharapkan untuk dapat saling membantu dan melakukan pelayanan ekstra dalam membantu pencapaian tujuan dari dilaksankannya pendidikan karakter. Sebuah sistem pendidikan yang berhasil dapat membentuk manusia-manusia berkarakter yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah negara yang terhormat karakter yang berkualitas memanglah perlu dibentuk dan dibina sejak di bangku sekolah.

Dalam perspektif Sosiologi Kurikulum. Hidden curriculum memiliki peran penting dalam membangun kepribadian dan sikap dikalangan peserta didik. hidden curriculum merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Philip W. Jackson dalam bukunya Life in Classrooms (1968) Jackson secara kritis mencari tentang apa yang terdapat di sekolah atau kekuatan utama apa yang terdapat di sekolah sehingga bisa membentuk kebiasaan atau habitus budaya seperti sikap, kepercayaan, dan pandangan murid atau peserta didik. Awalnya Jackson mengidentifikasi dengan konsep daily grind, yaitu sistem dan aturan membosankan yang memang sengaja dirancang untuk mempromosikan rutinitas pasif, ketaatan dan persetujuan untuk mendapatkan kepuasaan sesaat. Dalam buku itu, Jackson juga menjelaskan bagaimana peserta didik merasakan tentang dunia sekolah, bagaimana perilaku peserta didik terkait dengan penampilan sekolah, bagaimana pendidik merasakan perilaku peserta didiknya.

Emile Durkheim juga menganalisis fenomena ini. Meski tidak menyebut the hidden curriculum, tetapi tetap saja penjelasan Durkheim memberikan akar historis dari lahirnya konsep hidden curriculum. Penjelasan Durkheim dapat dilihat dalam dua buku klasiknya yaitu Education and Sociology (1922) dan Moral Education (1925). Durkheim menemukan sebuah kebenaran bahwa banyak materi yang disampaikan guru tetapi tidak tertulis dan tidak dituangkan dalam panduan pengajaran di kelas. Penjelasan Durkheim ini memberikan kontribusi tentanng analisis hidden curriculum.

Upaya hidden curriculum adalah untuk melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal. Hidden curriculum memiliki beberapa fungsi. Pertama, hidden curriculum memberikan pengetahuan atau pemahamann tentang kepribadian, norma, nilai, dan keyakinan yang tidak dijelaskan secara menyeluruh atau secara detail dalam kurikulum formal. Kedua, hidden curriculum memiliki fungsi untuk memberikan kecakapan, keterampilan yang sangat bermanfaat bagi peserta didik sebagai bekal dalam kehidupan mereka kedepannya. Ketiga, hidden curriculum bisa menciptakan peserta didik atau masyarakat yang jauh lebih demokratis. Keempat, hidden curriculum juga dapat menjadi mekanisme dan kontrol sosial yang efektif terhadap perilaku atau sikap peserta didik maupun pendidik. Kelima, berbagai sumber dalam hidden curriculum dapat meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Lalu dengan perubahan sistem pembelajaran saat ini yaitu dari yang biasanya pembelajaran secara luring atau secara tatap muka tiba-tiba diubah menjadi pembelajaran daring, pastinya muncul banyak hambatan atau permasalahan baru mengenai bagaimana cara pendidik menerapkan hidden curriculum saat pembelajaran daring.

Lalu bagaimana cara pendidik menerapkan hidden curriculum saat pembelajaran daring? Biasanya pendidik melakukan hal-hal disiplin seperti tidak terlambat untuk join zoom meeting dan memberikan batas waktu toleransi join zoom meeting untuk peserta didiknya. Lalu ada juga pendidik yang meminta atau memberi peringatan kepada peserta didiknya untuk mengerjakan tugasnya dengan jujur, Adapun pendidik yang meminta peserta didiknya untuk banyak literasi sebelum maupun setelah diadakannya kelas secara daring. Adapun pendidik yang memberikan kesempatan pada muridnya untuk saling berdiskudi dan berkomunikasi satu sama lain supaya masing-masing peserta didik dapat menerima perbedaan pendapat.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun