Malam itu, aku mengamati ke dalam masjid saat hampir semua manusia sedang berdoa. setiap mereka meminta pada-Mu perkara yang berbeda-beda; ada yang menunduk dengan bisikan lirih, namun wajah itu sangat damai. Ada juga yang terpejam matanya, saat isi kepalanya sangat ramai.
Mereka keluar dari rumah berbeda, kemudian berbaris menyembah satu Tuhan yang sama. Saat mereka hampir ingin menyerah, tetapi pada-Mu mereka memilih berserah. Dalam khusyuknya doa yang menggema di pintu langit, para hamba-Mu memohon tentang segala hal yang tak sedikit. Ya Tuhan, Kemana lagi kami harus meminta, selain kepada Engkau yang tak akan membuat kami kecewa.
Di sudut masjid, seorang kakek menengadahkan tangan dengan lirih bibir yang bergetar. Dengan begitu kusadari bahwa di hadapan-Mu umur hanyalah angka. Walau suatu hari nanti kami menua, kemanjaan di dada ini masih dengan wujud yang sama. Di usia nanti yang t tak lagi muda, bersama-Mu ingin kami habiskan usia dengan penuh mesra.
Ampuni aku Ya Allah, aku selalu menanti rakaat berakhir saat masih mulai bertakbir. Kekurangajaran ini, sudah kupelihara sejak lama dan belum berakhir. Saat air mataku jatuh dan sujudku dalam, itu karena aku sedang terluka bukan karena aku merindukan-Mu
Tuhan, waktu terbaik adalah detik saat aku bisa menyimpan-Mu dalam hatiku. saat aku yang penuh dosa berjalan terseok-seok menuju-Mu, dan Engkau selalu menantiku seraya memanggilku dengan penuh kasih sayang "Wahai Hamba-Ku".
Saat dunia menawarkan keburukan, tapi aku bertahan karena-Mu. aku mencintai-Mu teramat sangat, namun sayangnya sering sesaat. Aku berusaha untuk taat, tapi sayangnya sering tergelincir ke dalam maksiat.
Ya Allah, tahan aku untuk tidak mendurhakaimu lebih jauh dari ini, aku hanya Kau yang tahu, aku hanya kau yang paham. Jika aku tidak ada di barisan hamba baik-Mu, semoga aku berada di barisan paling depan dengan pendosa dalam meraih ampunan-Mu.