Mohon tunggu...
Muhammad Aditya Ardiantoro
Muhammad Aditya Ardiantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - haloooo

UPGRIS'17 Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Limbah Tekstil sebagai Bahan Pembuat Masker

22 Februari 2021   20:15 Diperbarui: 22 Februari 2021   20:39 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pekalongan. Adanya pandemi Covid-19 berdampak ke semua sektor, tak terkecuali pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Ketika usaha utama terdampak, maka pengusaha dituntut untuk berkreasi, satu di antaranya dengan membuat masker dari limbah potongan kain kompeksi.

Salah satunya pengrajin Piah Junaidi asal Desa Ambokembang RT06/RW03, Kecamatan Kedungwuni, dibuat dari perca kain sisa hasil produksi lembaran maupun pakaian, diubahnya menjadi masker berkualitas tinggi.

“Kami gunakan tiga lapis kain dalam pembuatan masker ini, termasuk menambah kain keras, sehingga saat mengenakannya pengguna lebih nyaman dan kualitasnya sesuai anjuran pemerintah,” ujarnya kepada Kami, Jumat (2/02).

Bapak dua anak ini mengaku tergerak untuk memanfaatkan limbah tekstil, lantaran di sekitar lingkungannya banyak usaha konveksi dan perajin batik, khususnya Batik Pekalongan yang sangat termasyhur.

“Awalnya kan lihat itu banyak potongan-potonan batik yang tidak terpakai dan jadi limbah saja. Dari situ, eh kenapa tidak kami manfaatkan, jadilah masker batik. Apalagi Batik Pekalongan kan sangat terkenal dan khas Pati ya,” bebernya.

Hampir semua jenis batik dibuat, mulai dari motif Liris, Manggar, Kedele Kecer, Parang, Ladrang, Gandrung, Kawung dan Kungker. Hasilnya produk masker yang memiliki nilai estetis tinggi itu pun laris manis di pasaran.

“Kami berjalannya baru tiga bulan, jadi pasarnya masih lokalan dan kota-kota sebelah saja. Sebenarnya permintaan dari luar sangat banyak, hanya saja sementara ini kami masih terkendala pengerjaan, iya kurang orang,” ungkapnya.

Pria yang karib dipanggil Juned ini menyebut dalam sehari mampu memproduksi 100-150 unit masker. Untuk harganya bervariasi mulai Rp15.000-150.000 tergantung jenis bahan yang dipakai.

“Paling mahal Rp30.000 itu kan kami menggunakan sisa kain sutra yang memang dalam prosesnya handmade semua dan menggunakan pewarna alami, jadi memang sedikit lumayan harganya,” terangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun