Pekalongan. Adanya pandemi Covid-19 berdampak ke semua sektor, tak terkecuali pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Ketika usaha utama terdampak, maka pengusaha dituntut untuk berkreasi, satu di antaranya dengan membuat masker dari limbah potongan kain kompeksi.
Salah satunya pengrajin Piah Junaidi asal Desa Ambokembang RT06/RW03, Kecamatan Kedungwuni, dibuat dari perca kain sisa hasil produksi lembaran maupun pakaian, diubahnya menjadi masker berkualitas tinggi.
“Kami gunakan tiga lapis kain dalam pembuatan masker ini, termasuk menambah kain keras, sehingga saat mengenakannya pengguna lebih nyaman dan kualitasnya sesuai anjuran pemerintah,” ujarnya kepada Kami, Jumat (2/02).
Bapak dua anak ini mengaku tergerak untuk memanfaatkan limbah tekstil, lantaran di sekitar lingkungannya banyak usaha konveksi dan perajin batik, khususnya Batik Pekalongan yang sangat termasyhur.
“Awalnya kan lihat itu banyak potongan-potonan batik yang tidak terpakai dan jadi limbah saja. Dari situ, eh kenapa tidak kami manfaatkan, jadilah masker batik. Apalagi Batik Pekalongan kan sangat terkenal dan khas Pati ya,” bebernya.
Hampir semua jenis batik dibuat, mulai dari motif Liris, Manggar, Kedele Kecer, Parang, Ladrang, Gandrung, Kawung dan Kungker. Hasilnya produk masker yang memiliki nilai estetis tinggi itu pun laris manis di pasaran.
“Kami berjalannya baru tiga bulan, jadi pasarnya masih lokalan dan kota-kota sebelah saja. Sebenarnya permintaan dari luar sangat banyak, hanya saja sementara ini kami masih terkendala pengerjaan, iya kurang orang,” ungkapnya.
Pria yang karib dipanggil Juned ini menyebut dalam sehari mampu memproduksi 100-150 unit masker. Untuk harganya bervariasi mulai Rp15.000-150.000 tergantung jenis bahan yang dipakai.
“Paling mahal Rp30.000 itu kan kami menggunakan sisa kain sutra yang memang dalam prosesnya handmade semua dan menggunakan pewarna alami, jadi memang sedikit lumayan harganya,” terangnya.