Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empat Babak Berdarah Jelang Hari Pahlawan (Bagian Keempat)

27 Oktober 2020   19:18 Diperbarui: 27 Oktober 2020   19:22 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertempuran Surabaya (istimewa) (merdeka.com)

Tetapi hingga pukul 21.00 tak ada jawaban, akhirnya Gubernur Suryo melakukan pidato radio kepada rakyat Jatim. Pidatonya singkat tetapi tajam, agar rakyat dan TKR tenang menunggu keputusan Pusat. 

Karena tak maklum situasinya, Menteri Pertahanan Amir Syariffudin justru marah, mengapa kita memusuhi tentara Inggris. Malam hari itu Doel Arnowo dapat menghubungi Menlu Subardjo yang menyatakan, pimpinan tentara Inggris tidak mau merubah keputusannya. Jadi jelas, bahwa perlawanan harus dilakukan. Pemerintah Pusat kemudian menyerahkan saja apa keputusan pemerintahan Jatim.

Dengan geram tetapi tegas, Gubernur Suryo berpidato radio menjelaskan kondisi ketegangan itu. Lalu katanya: "Berulang-ulang telah kita kemukakan bahwa sikap kita ialah: Lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Juga sekarang dalam menghadapi ultimatum pihak Inggris, kita akan memegang teguh sikap ini. Kita tetap menolak ultimatum itu. 

Dalam menghadapi segala kemungkinan besok pagi, mari kita semua memelihara persatuan yang bulat antara Pemerintah, Rakyat, TKR, polisi dan semua Badan-badan perjuangan  pemuda dan rakyat kita.  

Mari kita sekarang memohon kepada Tuhan yang Mahakuasa, semoga kita sekalian mendapat kekuatan lahir dan batin serta rahmat dan taufik dalam perjuangan. Selamat berjuang!" Isi pidato yang jelas berisikan perlawanan terhadap ancaman tentara Inggeris.

10 November 1945.

Pukul 6 pagi angkasa Surabaya sudah dipenuhi suara beberapa pesawat terbang Inggris. Terutama jenis pemburu Spitfire. Dibagian utara kota terdengar tembakan-tembakan seru, ledakan bom/rocket dari pesawat maupun peluru meriam kapal. 

Pertempuran awal antara kaum penjajah dengan rakyat Surabaya dimulai. Front pertama diutara meliputi sejak Jembatan Merah, Kantorpos Besar (Kebonrojo), Kantor Gubernuran. Front timur meliputi Kenjeran, Rangkah, Pegirian dan sekitarnya. 

Begitu sterusnya perwilayah dibagi dalam front pertempuran. Penembakan dan pemboman musuh dilakukan terhadap para pejuang dan penduduk difront-front itu dengan dipandu pesawat kecil (jenis Pipercub)  yang berputar-putar diudara dan memberi arah pemboman atau tembakan meriam dari kapal dan darat.     

Proses pertempuran dari jalan ke jalan, dari gang ke gang dalam perang kota itu kelak diakui Inggris sebagai  pola-pertempuran baru, yakni gerilya-kota. Pada satu sektor atau front, pasukannya bisa terhenti beberapa hari atau minggu oleh perlawanan kita. Saya tidak ceritakan rinciannya, karena kisahnya akan panjang. Pertempuran yang belum pernah dialami dari front-front Eropa dan Asia dalam Perang Dunia II.

Kami sekeluarga lebih sering menghuni lubang perlindungan yang kami buat sejak era Hindia Belanda diserang Jepang (1942). Sementara itu, sepucuk meriam kaliber besar rampasan dari Jepang dipasang TKR di desa Panjangjiwo, seberang selatan sungai Jagir ditenggara kota Surabaya. Secara konstan dimalam hari beberapa kali menembak kearah Pelabuhan Tanjung Perak di utara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun