Mohon tunggu...
Muamar Fakhiri
Muamar Fakhiri Mohon Tunggu... Pelajar

Saya menyukai videografer dan fotografer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Internet menciptakan cybercrime (HOAX)

11 September 2025   09:26 Diperbarui: 11 September 2025   09:26 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai ancaman hoaks nyata pada abad ini adalah sebuah masalah serius yang dapat mehancurkan tatanan sosial. Kemampuan fasilitas akses internet dan media sosial memang sangat berguna, namun juga memfasilitasi penyebarannya informasi palsu (hoaks) yang dapat menyebabkan kepanikan, pereceraan, bahkan kerugian ekonomi hingga korban jiwa. Hoaks termasuk dalam jenis cybercrime karena dampak negatifnya luas.


Dalam Indonesia, masalah hoaks terlampau nyata. Kementerian Kominfo telah mencatat ada ribuan konten yang sudah terdeteksi hoaks dari Agustus 2018 hingga Desember 2023, dan tema kesehatan, penipuan, pemerintahan, dan politik adalah tema paling banyak. Berperan hoaks dalam berkiprah cepat disokong oleh tingginya penetrasi internet di Indonesia. Salah satu contoh kasus menakutkan yang sedang berlangsung adalah hoaks penculikan anak pada tahun 2023 yang beredar melalui WhatsApp, Facebook, dan TikTok. Hoaks ini digunakan untuk meroketkan kerusuhan Wamena yang menewaskan 12 orang dan di Sorong, seorang perempuan dibakar hidup-hidup.

Tiga Pilar Solusi Mengatasi Hoaks

Untuk menghadapi ancaman tersebut, dibutuhkan solusi terpadu yang meliputi tiga pilar utama:

Literasi Digital.
Pendidikan masyarakat adalah dasar yang sangat critical untuk menjadikannya berpikir kritis, memeriksa sumber informasi berita, serta tidak terburu-buru membagikan informasi. Program literasi digital harus diperkuat melalui kerja sama dengan sekolah, kampus, dan masyarakat.

Penegakan Hukum.
Tegas law berlaku untuk mendasari efek jera. Pembuat sebar hoaks bisa digerus dengan UU ITE dan KUHP dengan sanksi pidana dan denda. Panitia penegak hukum harus bersikap proaktif melakukan patroli sipern dan penyelidikan untuk menindak tegas pelakunya.

Gunungan Teknologi.
Collaboration among fact-checking agencies, government, and social media is greatly required to speed up the hoax elimination process. Artificial intelligence (AI) can be used as well in order to identify patterns of dissemination and involved accounts.

Secara keseluruhan, lawan dari hoaks ini tidak bisa dicapai dengan satu jawaban. Campuran dari edukasi, hukum, dan teknologi adalah kunci skala untuk mendirikan ekosistem digital yang lebih aman, tepercaya, dan bebas dari pengaruh buruk berita palsu. Dengan kerja kolektif ini, masyarakat diharapkan lebih cerdas dalam konsumsi informasi dan terhindar dari kehancuran sosial tersebut karena hoaks.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun