Implikasi Diplomasi Haji Agus Salim Dalam Merintis Hubungan Bilateral Indonesia-Mesir Pasca Kemerdekaan
''Tinjauan identitas kolektif Islam''
Â
Oleh: Heriaman Apriandi
Abstrak
Menggapai visi national interest yang maksimal tanpa adanya benturan kekerasan/perang antar negara adalah cita-cita diplomasi setiap bangsa, dimana wealth and power akan tetap tercapai walau sebatas dari meja runding (Negosiasi). Karena gagasan umum tersebut tulisan ini akan membahas secara komperhensif perihal implikasi dari praktek diplomasi seorang Agus Salim sebagai diplomat yang cerdik, dan pendebat ulung dalam pembangunan hubungan bilateral antara Indonesia-Mesir pasca kemerdekaan.
Dengan pendekatan kualitatif dan kajian pustaka tulisan ini akan menjadi jalur khusus belajar ke masa lampau ketika negara Indonesia sedang mencari jati diri dengan usahanya mempertahankan karakteristik sebagai negara multikultur yang berdaulat. Maka dari itu sangat penting melibatkan tinjauan dari aspek identitas kolektif Islam sebagai kunci pembuka kajian hubungan bilateral Indonesia-Mesir.
Hal tersebut berkelindan dengan biografi dan latar belakang Haji. Agus Salim sebagai santri yang kritis dan ulama yang moderat. Sehingga nanti kita dapat mengidentifikasi implikasi nyata dari usaha diplomatis Haji Agus Salim untuk kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia berlatarkan hubungan diplomatik bilateral Indonesia-Mesir pasca kemerdekaan.
Key word: Diplomasi, Haji. Agus Salim, Identitas Kolektif, Islam
Pendahuluan
Indonesia secara georafis merupakan negara kepulauan yang diapit oleh dua benua dan dua Samudra, yakni benua Asia dan Australia, Samudra Fasifik dan Samudra Hindia. Di sebelah Utara, Indonesia berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia dan Filipina, di sebelah Selatan berbatasan dengan Australia, di sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia dan di sebalah Timur berbatasan langsung dengan Papua Nugini.