Mohon tunggu...
Aly Reza
Aly Reza Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Bisa Menulis

Asal Rembang, Jawa Tengah. Menulis sastra dan artikel ringan. Bisa disapa di Email: alyreza1601@gmail.com dan IG: @aly_reza16

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hikayat Nasi Kecap dan Kerupuk Bandung

4 April 2020   18:10 Diperbarui: 5 April 2020   11:12 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi kecap dan kerupuk| Sumber: Suara.com

Dua pekan sebelumnya, bapak saya memberi kabar bahwa negera tempatnya bekerja (Malaysia, red) secara resmi telah menetapkan lockdown sebagai langkah antisipatif untuk memutus mata rantai persebaran Covid-19. 

Dari caranya bicara (lewat ponsel, red) tampak sekali bapak sangat kebingungan dan mencemaskan banyak hal.

Pelan-pelan bapak menjelaskan, selama masa lockdown pabrik tempatnya mengundi nasib bakal ditutup sampai batas waktu yang masih abu-abu. Itu artinya, selama beberapa minggu ke depan sejak hari itu bapak tidak bisa mengirimi kami uang bulanan.

Saya sendiri masih berada di Surabaya manakala kabar tersebut tiba di tanah air (via ponsel). Berdasarkan data statistik persebaran virus corona untuk wilayah Jawa Timur, Surabaya dinyatakan sebagai red zone sehingga setiap yang hendak atau dari Surabaya sangat mungkin menjadi satu dari tiga kemungkinan: ODR (Orang Dalam Resiko), ODP (Orang Dalam Pemantauan), dan PDP (Pasien Dalam Penanganan).

Meski begitu, untuk kali itu saya terpaksa harus melanggar imbauan dari pemerintah daerah yang meminta agar para pendatang menunda dulu hasratnya untuk mudik dengan alasan demi keselamatan keluarga di kampung halaman. Sebab bertahan di Surabaya jelas bukan pilihan yang worth it bagi saya. 

Bapak saya diistirahatkan dari pabrik, penghasilan ibu sebagai pedagang juga tidak seberapa. Saya sendiri, upah dari nulis di beberapa media mungkin hanya cukup untuk menambal kebutuhan jajan pribadi.

Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, saya akhirnya mantab memutuskan untuk pulang. Kondisi perekonomian keluarga saya bakal agak megap-megap untuk beberapa pekan ke depan. 

Ditambah lagi sudah tidak ada sesuatu yang bisa saya kerjakan di Surabaya, seiring dengan dikeluarkannya surat edaran yang meminta agar dilakukan pembatasan operasional di masing-masing kampus.

Pilihan untuk pulang paling tidak bisa mengurangi beban yang harus ditanggung ibu dan bapak. Lebih tepatnya beban ibu, karena roda ekonomi keluarga kami saat ini bergantung penuh pada ibu seorang diri.

Tidak terasa dua pekan sudah saya berdiam diri di rumah. Dan selama itu pula, kondisi keuangan keluarga kami terbilang cukup stabil antara pengeluaran dan pemasukan. Upah saya dari hasil mengirim tulisan juga untungnya bisa sedikit menyokong penghasilan ibu untuk sekadar membeli kebutuhan dapur.

Sejak hari pertama bapak tidak bekerja dan sejak saya tiba di rumah, keluarga kami memang membuat semacam kesepakatan untuk seketat mungkin mengatur pengeluaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun