Dari sini masih berpikiran "nggak apa-apa" ngacangin lawan bicara yang di depan mata, sementara kita justru sibuk dengan kawan-kawan  di dunia maya?
Masukkan gadget Anda saat orang lain sedang membutuhkan telinga yang siap mendengar "sambatannya".
Banyak solusi, banyak keputusan-keputusan krusial, dan banyak hal-hal besar yang lahir dari proses perbincangan-perbincangan sederhana dan saling mendengarkan macam ini. Dan yang paling penting adalah, menjaga perasaan lawan bicara kita. Â
Kalau kata Jean Baudrillard---filsuf Prancis---inilah kehidupan hiperalitas. Di mana orang-orang lebih sibuk dengan dunia dan atau kawan maya mereka.Â
Orang-orang lebih rela menghabiskan waktu berjam-jam, bertaruh banyak kuota, untuk saling berbalas dengan kawan maya mereka baik melalui game virtual atau aplikasi-aplikasi lain. Namun enggan menyediakan satu menit saja untuk bercengkerama dengan orang-orang di dekatnya.
Tapi cobalah sejenak merenung, ketika Anda mati, yang susah payah ngurusin dari mandiin sampe menguburkan itu ya orang-orang di dekat Anda. Orang-orang dari alam maya mana mau tahu.Â
Bayangkan, jika orang-orang di sekitar Anda sakit hati pernah Anda kacangin (dengan ha-pe miring) setiap kali nongkrong dan nggak mau ngurus jenazah Anda, maka Anda pasti akan berpikir; seandainya kematian bisa dibatalkan sekarang juga?
Kapok. Lah nggak ada yang mau ngurus jenazah Anda eee, masa' mau mandi-mandi sendiri?