Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terus meningkat di berbagai belahan dunia. Jika dahulu obesitas lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, kini prevalensinya semakin tinggi pada kelompok usia remaja. Fase remaja adalah periode kritis di mana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial yang sangat cepat. Pada tahap ini, individu membentuk kebiasaan baru yang sering kali terbawa hingga dewasa. Sayangnya, perkembangan sosial dan budaya modern justru menciptakan kondisi yang dikenal dengan istilah lingkungan obesogenik, yaitu lingkungan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi makanan tinggi energi, rendah nutrisi, serta mengurangi aktivitas fisik.
Keberadaan lingkungan obesogenik menjadi tantangan serius karena tidak hanya berdampak pada individu, melainkan juga memengaruhi kesehatan masyarakat secara luas. Obesitas remaja yang tidak ditangani berisiko memunculkan generasi dengan kualitas kesehatan rendah, produktivitas menurun, serta tingginya beban biaya kesehatan negara. Dengan demikian, memahami fenomena ini menjadi sangat penting untuk merumuskan solusi jangka panjang.
Istilah lingkungan obesogenik merujuk pada kondisi sosial, budaya, ekonomi, maupun fisik yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kelebihan berat badan. Lingkungan ini terbentuk melalui berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk nyata dari lingkungan obesogenik antara lain:
-
Ketersediaan makanan cepat saji
Remaja saat ini hidup di tengah akses yang begitu mudah terhadap makanan cepat saji. Restoran fast food, jajanan jalanan tinggi lemak, hingga minuman manis kemasan tersedia hampir di setiap sudut kota dengan harga terjangkau. Kondisi ini mendorong remaja lebih memilih makanan praktis daripada makanan bergizi seimbang. Minimnya ruang aktivitas fisik
Urbanisasi dan padatnya pemukiman mengurangi ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan untuk berolahraga. Banyak remaja lebih memilih menghabiskan waktu di dalam ruangan dengan gawai daripada bermain di luar rumah.Pengaruh media dan iklan
Industri makanan memanfaatkan media sosial, televisi, dan platform digital untuk memasarkan produk tinggi gula, garam, serta lemak dengan kemasan menarik. Remaja yang sedang berada pada fase pencarian identitas sangat rentan terpengaruh oleh promosi tersebut.Budaya digitalisasi
Kemajuan teknologi membawa dampak positif, namun juga menciptakan pola hidup sedentari. Aplikasi hiburan, game online, dan media sosial membuat remaja lebih banyak duduk, sehingga energi yang dikeluarkan sangat sedikit dibandingkan energi yang masuk melalui makanan.
Hidup dalam lingkungan obesogenik membawa konsekuensi yang serius bagi kesehatan remaja. Dampaknya tidak terbatas pada fisik, tetapi juga mental, sosial, dan akademik.
Kesehatan fisik: Remaja dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami resistensi insulin, diabetes tipe 2, hipertensi, gangguan lipid, serta masalah tulang dan sendi akibat beban berlebih pada tubuh.
Kesehatan psikologis: Stigma sosial terkait obesitas dapat memicu rendahnya kepercayaan diri, perasaan terisolasi, hingga depresi.
Sosial dan akademik: Remaja dengan obesitas cenderung menjadi korban bullying di sekolah. Selain itu, pola makan yang tidak sehat juga berhubungan dengan menurunnya konsentrasi belajar, sehingga berdampak pada prestasi akademik.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!