Kenapa bisa sangat sulit untuk menerima kalau dalam waktu dekat kehidupanmu yang setiap hari kamu jalani sebentar lagi akan hilang. Memulai hidup baru yang entah bagaimana jadinya.Â
Masa-masa akhir di kuliah mungkin bisa jadi masa sulit yang sekarang sedang aku hadapi. Menjadi mahasiswa semester 8 yang mungkin sebentar lagi menunggu jadwal sidangnya. Â Hal yang dulu pernah terjadi saat lulus SMA terjadi lagi. Aku selalu mengeluh tentang apa yang aku jalani di saat SMA dan saat akan meninggalkannya entah kenapa begitu sangat berat. Â Itu yang sedang terjadi sekarang, selama 4 tahun lebih banyak mengeluh dari pada menikmati masa kuliah.Â
Keadaan kelas, berteman, ikut organisasi entah kenapa sekarang jadi hal yang sangat ingin kujalani lagi, ingin mengulang masa-masa itu padahal dulu saat menjalaninya aku merasa sangat-sangat tidak menikmatinya.
Menerima kenyataan bahwa kamu harus terus bergerak pada keadaan baru entah kenapa bisa jadi hal yang sangat sulit. Bahkan untuk hanya mendengar obrolan orang tentang apa yang akan dilakukan setelah ini saja sangat ingin kuhindari. Mungkin sudah menjadi penyakit lama. Move on pada keadaan adalah hal yang paling sulit aku lakukan.Â
Entah karena sudah terlalu nyaman pada keadaan sekarang atau memang terlalu takut akan apa yang terjadi setelahnya. Aku tidak memiliki banyak teman yang langgeng.Â
Teman-temanku dari SD sampai sekarang mungkin bisa dihitung jari. Tradisi setelah kelulusan adalah menghilang, mungkin itu yang menurutku benar untuk menghilangkan rasa ingin terus bersama.Â
Mungkin menurutku itu cara untuk melanjutkan hidup. Pikirku untuk bergerak ke keadaan baru adalah dengan melupakan semua yang bisa menjadi pengingat akan momen itu, termasuk teman.
Padahal setelah kupikir lagi, untuk bergerak maju kita hanya perlu memahami bahwa seluruh hidup kita itu adalah tentang pergerakan. Kamu tidak akan terus menerus pada keadaan yang sama.Â
Meskipun kamu berada pada situasi yang samapun segalanya darimu tetap akan berubah. Entah itu dari dalam diri maupun sekitarmu.Â
Sebenarnya untuk bergerak maju tidak perlu untuk melupakan semua hal pengingat itu. Yang menjadi penyakitku juga adalah aku terlalu gengsi untuk hanya menerima bahwa aku rindu. Rindu suasana, ataupun rindu teman. Egoku terlalu besar untuk menghubungi teman-temanku. Aku hanya perlu benar-benar memahami kalau WAKTUMU DI TEMPAT INI SUDAH USAI.
Paragraf terakhir adalah hal yang sedang coba kulakukan, meskipun sulit.