Mohon tunggu...
M Alvin Noor Reza
M Alvin Noor Reza Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

newbie dalam membuat artikel

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dokter, Mulai dari Tantangan hingga Pelanggaran

20 Oktober 2019   14:53 Diperbarui: 20 Oktober 2019   15:40 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dahulu mungkin ketika anak-anak di Indonesia ditanya apakah cita-cita mereka ketika sudah dewasa ? mungkin dokter salah satu profesi yang mereka inginkan dimasa depan,. Tetapi sekarang, mungkin ketika mereka ditanya apakah cita-cita mereka dimasa depan ? mungkin jawabannya menjadi influencer di media sosial baik youtube dsb, atau juga menjadi seorang gamer profesional yang bisa menjadi atlet e-sport.

Popularitas profesi dokter mungkin sekarang sudah agak bergeser, Sekarang profesi dibidang IT yang paling banyak diminati anak muda, hal ini disebabkan mereka terinspirasi oleh seorang tokoh, lihat saja sekarang berbagai star-up di Indonesia yang meraih kesuksesan dimana para foundernya adalah anak muda. Walapun begitu masih banyak orang-orang yang berkeinginan untuk berkarir sebagai dokter profesional. Buktinya tiap fakultas kedokteran di tiap Universitas memiliki peminat yang banyak ketika dalam masa penerimaan mahasiswa baru, baik itu Universitas negeri atau swasta. Lalu  adakah tantangan profesi seorang dokter?

Biaya menjadi dokter mahal

Paradigma masyarakat ketika seseorang menempuh pendidikan pada bidang kedokteran baik umum maupun spesialis adalah terjaminnya masa depan. Mungkin itu berlaku pada waktu dulu, sekarang ? itu hanyalah omong kosong, menjadi seorang lulusan dokter tidak serta merta orang tersebut akan menjadi kaya dalam waktu cepat.

Ketika sudah memulai praktik juga tidak langsung dapat memiliki keuntungan yang banyak, pasti butuh waktu dan proses yang sulit dan lama. Seorang dokter harus bisa di percayai oleh pasien nya, karena dengan kepercayan mereka menjadi mempunyai pasien tetap,. Tidak hanya itu untuk membuka klinil juga harus bersaing dengan klinik lain. Mau bagaimana lagi lulusan dokter di indonesia sudah banyak, mereka juga mendirikan klinik pribadi, bahkan tidak jarang di suatu daerah memiliki klinik yang lokasi yang berdekatan tentu ini menambah tantangan seorang dokter.

Inilah dampak dari inflasi tenaga medis, jadi peluang untuk bekerja di bidang ini mungkin sulit. Ketika membuka klinik harus pintar dalam mengelola dan memberikan pelayanan yang memuaskan tetapi harganya tentu saja murah, karena harga pelayanan juga menjadi salah satu faktor daya saing. Tidak jarang juga ada yang menutup klinik karena tidak mampu bersaing dengan yang lain

Studi dalam perundungan

Dilansir dari mojok.co ketika dokter umum ingin naik tingkat menjadi dokter spesialis maka ada tahap yang namanya studi PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis), Pada saat masa studi ini katanya penggemblengan akan benar benar terjadi kepada calon dokter spesialis.

Ada berbagai macam kasus yang terjadi pada masa studi PPDS ini, banyak terjadi perundungan secara materi yang dilakukan oleh senior. Para senior seringkali meminta dibelikan sesuatu yang tidak jelas alasan dan tujuannya untuk apa, Dari mulai hal yang kecil seperti pulsa bahkan ada yang meminta barang sampai bernilai sama dengan mobil.  Tanpa alasan yang jelas hal ini terjadi begitu saja, Senior bisa bebas memberi perintah kepada juniornya.

Hal ini juga terjadi beberapa kota di indonesia seperti di Denpasar, ada  yang setiap malam hampir membelanjakan duit untuk para senior sampai 300 ribu. Itu baru semalam. Hitung sendiri kalau dikalkulasi selama sebulan hanya demi jadi bahan perundungan para seniornya selama sebulan.

Tidak hanya perundungan materi tetapi juga fisik, Contohnya di Jogja, seorang harus menerima perundungan secara fisik. Bahkan sampai baku hantam dengan senior. Dan itu terjadi di residen bedah orthopedi (tulang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun