Mohon tunggu...
Alvin Haidar
Alvin Haidar Mohon Tunggu... Relawan - Chemical engineer in the making

Teknik kimia ITB 2016, Terbentur, terbentur, terus tidur Pembelajar, pelajar, pengajar, terhajar.... Cek ig @sobatgajah yakkk

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Majelis Ide Muslim 4.0 (Part 1)

25 November 2018   16:49 Diperbarui: 25 November 2018   16:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil gambar untuk dinasti abbasiyah | Sumber: https://www.berbagaireviews.com


Tulisan ini merupakan karya yang saya tulis dalam suatu perlombaan. Alhasil saya taruh di sini sebagai arsip. Tema besar yang dibawa ialah "Tantangan dakwah mahasiswa"

Pernah ada suatu masa, kala Islam menjadi kiblat teknologi dunia saat belahan bumi bagian barat saat itu diselimuti kegelepan (dark age). Pernah ada suatu masa, di mana ilmu pengetahuan lahir dari tiap insan yang sadar akan keutuhan dirinya sebagai hamba Allah yang kelak akan menemui diri-Nya.

Pernah ada suatu masa, di mana inovasi karya tumbuh subur dalam diri pemuda bukan hanya di tanah Arab, namun juga Afrika, Asia, hingga Eropa. Dinasti Abbassiyah dengan ibu kotanya Bagdad, kota 1001 malam, pada abad ke-13 M kala itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Baitul Hikmah sebagai salah satu perpustakaan terbesar pada zaman itu, berhasil merekam berbagai karya umat islam dari mulai Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Imam Ghazali, dan para tokoh-tokoh terkemuka lain dalam Islam. Lantas, akankah datang suatu masa di mana prestasi besar umat Islam kala itu akan terulang?

Dewasa ini, ilmu pengetahuan telah berkembang secara eksponensial hanya dalam hitungan beberapa abad. Berbagai penemuan mutakhir telah berhasil ditemukan hanya dalam selang beberapa waktu tahun. Transmisi, transisi dan diseminasi karya-karya umat muslim pada zaman keemasan telah menjadi inspirasi besar bagi dunia Barat yang mendorong terjadi masa pencerahan di Eropa (renaissance) yang kemudian diikuti dengan lahirnya berbagai ilmuwan-ilmuwan terkenal seperti Newton, Einstein, Thomas Alva Edison, hingga Elon Musk salah satu tokoh teerkenal masa kini yang mencetuskan Tesla, mobil listrik. Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi yang kini kita rasakan di masa sekarang, semua itu tidak lepas dari karya-karya umat Islam terdahulu. Sejarah umat Islam sungguh gemilang, namun nampaknya hingga sekarang umat Islam dunia tidak terkecuali Indonesia masih tenggelam dan tertidur dalam lautan mimpi akan kejayaan masa lalu tanpa teringat akan tantangan besar di masa depan.

Merujuk data Science Citation Index2004, negara Islam memberi kontribusi sekitar 1,17 persen pada penerbitan karya ilmiah dunia. Angka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Jerman, Inggris, dan Jepang yang berturut-utur menyumbangkan 7,1 persen, 7,9 persen, dan 8,2 persen. Perhatian negara-negara Islam pun terkait dengan pengembangan sains dan teknologi masih kurang.

Hal ini diperlihatkan bahwa negara-negara Islam hanya mengalokasikan anggaran belanjanya sekitar 0,45 persen dari GNP, berbeda dengan negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menghabiskan dana 2,30 persen dari GNP untuk keperluan sains dan teknologi. Hal ini diperparah dengan adanya migrasi sumber daya manusia ke negara-negara barat karena keterbatasan  sumber daya riset yang ada.  Secara rata-rata negara Islam hanya memiliki 8,8 ilmuwan, engineer, dan teknisi per 1000 penduduknya.  Angka yang masih sangat sedikit jika dibandingkan negara-negara maju dengan perbandingan angka sekitar 139,3 atau 40,7.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Sekitar 83,7 persen dari jumlah 237,4 juta penduduk Indonesia beragama Islam berdasarkan data Bappenas. Jumlah yang sangat besar ini membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan besar umat Islam dunia sekaligus dapat menjadi parameter kemajuan muslim dunia.

Menurut perkiraan BPS pada tahun 2028-2030 Indonesia akan menikmati bonus demografi yakni di mana jumlah penduduk usia produktif memiliki komposisi 70 persen dan nonproduktif 30 persen, di mana 100 orang produktif akan menanggung beban 44 orang nonproduktif. Bonus demografi ini dapat menjadi sebuah jawaban sekaligus tantangan bagi Indonesia. Jika sejak sekarang Indonesia mampu  mengolah sumber daya yang ada terutama dari sektor pendidikan, bukan tidak mungkin bonus ini akan mendatangkan manfaat yang besar bagi Indonesia kelak. Sebaliknya, bonus ini dapat menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia jika kita tidak dapat memaknainya secara bijak.  Peran besar Indonesia emas di tahun 2030 ini rasanya tidak akan lepas dari peran pemuda muslim di Indonesia di masa sekarang.

Pemuda muslim Indonesia menempati komposisi yang besar dalam pengaruhnya menggapai Indonesia emas di tahun 2030 kelak. Pemuda muslim masa kini dapat dikategorikan sebagai generasi Z atau pascamilenial. Menurut survei Tirto.id, Generasi Z atau generasi pascamilenial adalah kelompok manusia termuda di dunia saat ini. Mereka lahir dalam rentang 1996 hingga 2010. Di Indonesia, pada 2010 saja jumlah  sudah lebih dari 68 juta orang, nyaris dua kali lipat Generasi X (kelahiran 1965-1976). Dan kini ada sekitar 2,5 miliar orang Generasi Z di seluruh dunia. Secara umum terdapat beberapa kecenderungan dari Generasi Z yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Pertama, generasi ini merupakan generasi yang sangat dekat dengan teknologi terutama gawai dan media sosial sebagai sumber utama mereka dalam mendapatkan infromasi. Kedua, memiliki pikiran yang lebih open minded terhadap informasi yang diserap sehingga terkadang mereka menghendaki adanya perubahan sosial. Ketiga, dengan adanya berbagai informasi yang beredar membuat generasi ini sanggup berkompromi dengan perubahan yang ada. Tidak jarang semangat bertoleransi pun juga digalakkan pemuda zaman sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun