Judul              : Menuju Pemikiran Filsafat Â
Pengarang          :Muhammad In’am Esha
Penerbit            :UIN MALIKI PRESS
Tahun Terbit        :2010
Jumlah Halaman     :xi + 144
"Barang siapa yang mengiginkan dunia maka haruslah dia mempunyai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka haruslah ia mempunyai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka haruslah ia mempunyai ilmu".Â
Kiranya apa yang disabdakan oleh Rosulullah ini adalah bagaimana cara manusia dengan gigih menuntut ilmu agar mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat, seperti  halnya banyak ilmuan muslim yang menguasai bayak bidang ilmu, Adalah seperti Ibnu Sina dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia barat adalah seorang filsuf, ilmuan,dokter, dan juga seorang penulis yang produktif  kelahiran persia.Â
Bagi banyak orang, dia adalah " Bapak Kedokteran Modern". Meskipun  begitu beliau juga terkenal karena kefilsufannya. Bagaimana ibnu sina memberikan gambaran tentang filsafat kepada kita.Sudah banyak banyak ilmuan filsuf di dunia ini mendefinisikan dan mejelaskan tentang apa itu filsafat, tetapi dengan banyaknya itu kita masih belum bisa merasa puas akan hal itu.
Buku "Menuju Pemikiran filsafat" karya Muhammad in'am Esha ini mencoba mengupas tuntas bagaimana kita memandang filsafat secara apik dan sederhana agar mudah dipahami pembaca. Utamanya bagi mahasiswa baru, karena mereka belum mengenal sama sekali tentang dunia pemikiran filsafat ketika duduk di bangku SMA. Buku ini terbagi menjadi tujuh bab yang secara garis besar membahas tentang filsafat, kuasa dan hasrat pengetahuan, transmisi filsafat dalam tradisi islam, pohon filsafat, dan mengenal metafisika, epistemologi dan Aksiologi.
Pada bagian pertama buku ini menjelaskan tentang apa itu kekuasaan?, dengan penjelasan yang sangat logis yang mudah dipahami bagi para pembaca pemula yang baru mengenal tentang filsafat, kekuasaan adalah hasrat, kemampuan, kapasitas untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain.Â
Kekuasaan dalam konteks ilmu sosial modern digunakan untuk menjadi relasi unit-unit sosial tertentu sedemikian rupa sehingga perilaku satu atau beberapa unit itu dalam situasi tertentu tergantung pada perilaku unit yang lain.Dalam konteks ini, kekuasaan meniscayakan sebuah sebuah dualitas subjek-objek, subjek yang menguasai dan objek yang dikuasai.