Ruang kelas sejatinya merupakan tempat berpikir, berkarya dan berkreasi para siswa, ruang yang seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi para siswa ketika berada di Sekolah. Namun sayangnya akibat berbagai praktik pendidikan yang kurang mewadahi potensi yang dimiliki para siswa, maka kelas menjadi tempat yang dihindari bahkan dibenci para siswa.
Jika melihat fenomena saat ini, sebagian siswa seakan terpaksa berada di dalam kelas demi menyelesaikan masa studinya. Mereka sekedar mengikuti rutinitas pembelajaran di kelas tanpa mengetahui tujuan dan makna yang ingin digapainya. Ketika jam Sekolah selesai, mereka keluar kelas dengan riang gembira seperti halnya burung yang menemukan kebebasan setelah keluar dari sangkarnya.
Ruang kelas jangan sampai seperti sangkar yang berfungsi sebagai tempat mengurung burung supaya tidak terbang liar kesana kemari. Ruang kelas pun jangan sampai dijadikan seperti tempat penangkaran hewan yang berfungsi menjinakan hewan.
Ruang kelas bukan tempat mengekang kebebasan para siswa untuk mengembangkan dirinya dengan segala potensi dan kelebihannya, bukan pula tempat 'menjinakan' para siswa agar mengikuti semua perkataan gurunya. Ruang kelas merupakan tempat berpikir, berkarya dan berkreasi.
Lalu bagaimana agar ruang kelas menjadi ruang berpikir, berkarya dan berkreasi para siswa?
Pengemasan pembelajaran menjadi point penting untuk menghadirkan ruang kelas yang mampu bertransformasi menjadi ruang berpikir, berkarya dan berkreasi. Pembelajaran yang disajikan di dalam kelas harus mampu mengakomodasi semua kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh siswa.
Salah satu bentuk pengemasan pembelajaran yang bisa dilakukan untuk menjadikan ruang kelas sebagai ruang berpikir, berkarya dan berkreasi adalah menghadirkan fenomena nyata dalam pembelajaran di ruang kelas. Cara yang tampaknya sederhana namun perlu usaha lebih untuk bisa mewujudkannya.
Hadirkan Fenomena Nyata dalam Ruang Kelas
Salah satu kelemahan pembelajaran di kelas yang sangat fundamental dan terjadi hampir di setiap Sekolah adalah kurangnya relevansi antara apa yang dipelajari di kelas dengan kehidupan nyata yang dialami siswa.
Sebagai contoh ketika siswa mempelajari suatu formulasi matematika/rumus dari mata pelajaran matematika, kimia, fisika, ekonomi dan pelajaran lainnya. Siswa hanya mendapatkan penjelasan mengenai rumus-rumus tersebut yang selanjutnya mereka tangkap sebagai sesuatu yang harus dihapalkan, tanpa memahami secara jelas makna fisik dari rumus tersebut dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari para siswa diberikan berbagai teori dari ilmu yang dipelajarinya di kelas, namun masih sedikit yang memahami penerapan dari teori yang sudah diperoleh tersebut. Itulah yang terjadi saat ini, pembelajaran di ruang kelas dan keseharian kehidupan nyata seolah memiliki sekat yang tidak bisa dihilangkan. Padahal semua ilmu yang dipelajari di kelas merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan keseharian.