Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bangunkan Sahur dengan "Pek Bung" yang Hampir Punah

1 Mei 2021   01:13 Diperbarui: 1 Mei 2021   01:36 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayyid jumianto

Ramadan kali ini sungguh membuat orang harus kreatif untuk menyikapinya, apalagi masa pandemi corona ini. Aktivitas full di masjid, mushola dan langgar harusnya penuh ceria berkumpul, tadarus bersama, suka cita habiskan malam ramadan dengan teman-teman seperti waktu normal dan seperti dulu kala tinggal kerinduan dalam hati ini.

Waktu memang telah berlalu, ini ramadan ke dua dalam masa pandemi korona yang mssih ada saja kreatifitas yang harus patuhi ptotokol kesehatan dari pasar sore, bagi takjil dan pelaksanaan sholat tarawih juga harus patuhi protokol kesehatan ini.

Gugah-gugah sahur

Apalagi gugah-gugah sahur dulu kita bebas bicara di Toa masjid untuk sekedar bangunlan orang sahur.

Sekarang harus berpikir dua kali karena sudah banyak alat elektronika yang bisa distel sedemikian rupa untuk bangunkan sahur kita

Bahkan tv, radio juga internet bisa temani kita sepanjang masa itulah mengapa Toa masjid sudah jarang dirindukan yang ada pada sibuk dengan gadget masing-masing.

Gugah-gugah sahur waktu keci saya demgan keliling kampung membawa alat seadanya spontan dari masjid atau mushola dengan alat pek bung (simbal, rebana, kentongan dan kendang) 

Kita bernyanyi sesuka hati demi bangunkan untuk sahur tradisi ini mulai luntur ketika desa sudah jadi kota perlahan pasti karena sibuk cari uang banyak pemuda lupakan tradisi ini. Apalagi pandemi covid ini buat tradisi ini semakin tiarap adanya.

Ternyata tradisi ini masih ada di tetangga desa istriku Sumbersari, Moyudan, Sleman Yogyakarta.

Walau tak semeriah dulu tradisi "pek bung "ini masih dipelihara demi kerukinan bersana dan hiburan bagi anak-anak muda disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun