Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menakar Politik Kebijakan Pendemi Corona

28 September 2020   10:29 Diperbarui: 28 September 2020   11:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menakar Politik kebijakan Pandemi Corona

:refleski diri

Sebetulnya aku tidak mau menulis tentang sebuah kebijakan yang sebenarnya baik dan di buat oleh pemerintah untuk menanggulangi pageblug Corona ini tetapi aku juga tidak mau menulis terjebak dalam politik praktis dan inilah mengapa saya  sebarnya tidak sampai hati untuk sekedar "mengeritik" sebuah kebijakan  yang terlanjur politisnya dan sungguh ini( penanggulangan virus corona) sepertinya adalah "komiditas politik" yang renyah dan mereka cenderung melupakan subsatansinya yakni sektor kesehatan masyarkat.

Sekali lagi nuraniku yang bicara ketika didaerah sudah serius nyata "orang jakarta " membawa virus seakan sebuah pembenaran ketika sang Gubernur menerapkan PSBB kedua kalinya inilah yang entah mengapa saya tidak habi pikir, sedemikian tumpang tindihnya kah kebijak politis corona ini sehingga setiap daerah cenderung abai bahkan mengadakan kebijakan politis atasi korona sesuai daerahnya?

Kondisi saat ini wabah  meningkat baik yang terkena, sakit, sembuh dan yang meninggal, fakta kondisi terkini banyak orang yang abai dan ngeyel dan selalu saja mencari celah untuk menghindar dari aturan yang ada.

Kondisi saat ini adalah sesua kenyataan saat ini dengan alasan pemulihan ekonomi, karena virus corona saat ini sudah masuk kerbagai ranah, yang paling membuat orang takut adalah masuknya virus ini keranah ekonomi dan juga iniah yang mepengaruhi beberapa daerah lebih "meloskan" untuk membuka pintu  sektor ekonomi  dan juga pariwisata dan hasilnya dalah meingkatnya jumlah positif penyandang corona ini.

Sekali lagi artikel ini beranjak dari fakta bahwa ternyata penyumbang kuota penderita virus corona ini masih  tiga level besar kota di Pulau Jawa yakni Jakarta, Bandung raya, dan juga Surabaya. dan kebijakan di daerah lain sungguh sangat lebih keras benaar adanya  demi melindungi warganya walau kepatuhan sungguh sebuah harga yang mahal buat mereka.

Kebijakan hanya macan kertas

Sungguh selama ini saya memandang sebuah kebijakan baik daerah, tingkat desa sampai kecamatan  seakan kebijakan ini hanya untuk wong cilik dan mengabaikan orang-orang besar pencari rupiah di kota-kota besar dan inilah mengapa ketimpangan penerapan sanksi itu benar adanya ketika masyarakat kecil berkumpul seakan keras penerapan sangksi itu, beda yang di mall dan tempat elit lainya seakan menjadi macan ompong itulah kenyataan saat ini karena media massa sungguh terang benderang yakin dan ekploir  setiap hari kenayatan yang di rasia adalah masayarakat umum yang ngeyel dan tidak patuh sementara masyarakat elit sungguh tidak pernah tersentuh. Sekali lagi saya hanya menakar kapanVirus ini berakhir adalah kita manusia yang mengerti kelak bahwa warga tragis, ngeyelan dan tidak patut aturan atas kebijakan  dan sanksi hukuman  tidak akan bisa dengan cepat mengatasi pandemi ini bila tanpa kesadaran dari diri kita untuk patuh dan loyal manut turut atas semua kebijaka, aturan dan saksi buat kita lebih baik kelak.

-----

Menakar Politik kebijakan Pandemi Corona

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun