Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Presiden Dihatinya Rakyat, Belajar dari Prabowo (9)

1 Mei 2019   10:27 Diperbarui: 1 Mei 2019   12:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Presiden dihatinya Rakyat

#belajar dari  "kalahnya"Prabowo (9)

Prabowo dua kali nyalon 2014  gagal dan  tahun ini 2019 juga "kalah" karena roda nasib tidak berpihak padanya!
Sungguh naif ketika lima faktor ketidak keberhasilannya disinyalir sebagaian dari kegagalannya seperti tidak jalannya roda tim partai, politikisasi hoax, keperpihakan media pada petahana, kuatnya keberhasilan petahana, pengiasaan medsos dan TI yang kedodoran juga karena rakyat melihat masa lalunya juga beberapa faktor lainnya dan kuatnya petahana dalam membangun negeri ini adalah nyata!

Jangan dilupakan negeri ini kita harus tahu betapa hampir separuhnya rakyat percaya  pada Prabowo (45%) adalah realita !

Pelajaran berharga buat kita bahwa bukan karena gelimang harta tetapi semangat sang beliau patut sebagai contoh buat generasi kini tanpa menyerah walau "kalah" untuk kedua kalinya!

Seseorang maju terlepas dari menang kalah adalah buah suatu kepercayaan yang direspon rakyat (pendukungnya) juga dana serta pengaruh ketokohannya dipandang masyarakat umum inilah mengapa daya juangnya tinggi ini juga terlepas dia petahana atau penantang tetap mempunyai nilai lebih dari kebanyakan orang lain termasuk aku dan kamu tentunya.

Sesuatu ternyata mempunyai arti sebenarnya adalah contohlah apa itu keyakinan dan tidak pernah menyerahnya sang penantang pada situasi yang diciptakan petahana walau terkadang menyulitkan langkahnya.

Sang penantang yang coba-coba adalah bukan karakternya karena sebagai penantang juga punya nilai lebih serta juga mampu membaca keunggulan serta kelemahan lawan dan kelak bagaimana bisa merangkul kawan dan juga lawan ketika pemilu sudah usai dan akhirnya dijumpai pemenang yang sebenarnya.
Kembali kejudul diatas saya merujuk diri sendiri ini kenyataan ketika petahana kuat dalam berkuasa (lebih 50%) rakyat mendukungnya maka diperlukan sang "penantang" (oposisi) yang kekuatannya hampir setara (45%) inilah kelak yang akan membuat dinamis negeri ini karena kekuatan petahana bisa terkontrol dengan baik kedepannya. Bukan menjadi presiden bayangan atau tidak terima kalah dan menang sungguh kedewasaan pendukunglah yang diharapkan demi majunya negeri ini.
#152019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun